Safe and SecureUpdate News

Jakarta Rugi Rp100 Triliun Akibat Macet, Rano Karno Desak Warga Beralih ke Transportasi Umum

Kemacetan Jakarta bikin ekonomi megap-megap, dengan kerugian mencapai Rp100 triliun per tahun, sementara hanya 22% warga yang mau naik transportasi umum.

Macet di Jakarta ternyata bukan cuma bikin stres, tapi juga bikin kantong ekonomi Ibu Kota bolong besar. Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno, mengungkap bahwa kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jakarta menembus Rp100 triliun per tahun. Ironisnya, hanya 22% warga Jakarta yang rutin menggunakan transportasi umum.

“Bayangkan, Rp100 triliun itu sama dengan membangun 100 rumah sakit besar atau memperbaiki ribuan sekolah. Kerugian itu nyata dan terasa di berbagai sektor,” ujar Rano Karno saat menghadiri diskusi transportasi di Balai Kota. Ia menegaskan, kemacetan tidak hanya menghambat produktivitas warga, tapi juga meningkatkan biaya logistik dan menurunkan kualitas udara di Ibu Kota.

Data terbaru dari Dinas Perhubungan DKI menunjukkan bahwa setiap hari lebih dari 3,5 juta kendaraan pribadi memadati jalanan Jakarta. Dari angka itu, sekitar 70% merupakan kendaraan roda dua, sisanya mobil pribadi. Sementara, moda transportasi umum seperti MRT, TransJakarta, KRL, dan LRT baru digunakan oleh segelintir warga, yakni sekitar 22% populasi harian.

Padahal, Pemprov DKI telah menggelontorkan investasi besar untuk memperluas jaringan transportasi massal. Dari penambahan rute MRT dan LRT, penambahan armada TransJakarta, hingga integrasi tarif antarmoda melalui aplikasi JakLingko. Namun, budaya ketergantungan pada kendaraan pribadi masih menjadi tantangan besar.

Rano Karno menegaskan bahwa perubahan perilaku menjadi kunci untuk mengurangi kerugian akibat kemacetan ini. “Kalau warga mulai beralih ke transportasi umum, dampaknya akan terasa langsung. Jalan lebih lengang, polusi berkurang, dan kerugian ekonomi bisa ditekan,” katanya.

Read More  Kapitalisasi Pasar Altcoin Anjlok, Ini Kata Analis soal Arah Tren Kripto

Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Djoko Setijowarno, menilai target Pemprov untuk meningkatkan pengguna transportasi umum menjadi 60% pada 2030 bukan sekadar mimpi. “Kuncinya ada di integrasi layanan dan kenyamanan. Jika transportasi publik makin cepat, aman, dan terjangkau, warga pasti beralih,” jelas Djoko.

Bagi warga Jakarta, angka Rp100 triliun ini bisa menjadi alarm keras. Selain menguras ekonomi kota, kemacetan juga menggerus kualitas hidup. Dengan udara yang makin tercemar dan waktu produktif yang terbuang di jalan, kemacetan menjadi masalah multidimensi yang butuh solusi komprehensif, bukan hanya penambahan jalan, tetapi juga perubahan pola pikir.

Dengan momentum pembangunan transportasi massal yang semakin masif, Pemprov DKI optimistis angka 22% pengguna transportasi umum bisa terus naik. Harapannya, Jakarta bisa bertransformasi menjadi kota yang lebih ramah mobilitas, produktif, dan sehat.

Back to top button