Survei NBS: Generasi Muda Desak Reformasi Antikorupsi dan Transparansi Pemerintah
Delapan dekade setelah merdeka, korupsi masih menjadi tembok besar penghalang keadilan dan kesejahteraan, dan generasi muda kini bersuara lebih lantang menuntut perubahan.
Delapan puluh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia masih berhadapan dengan masalah klasik: korupsi. Alih-alih menjadi simbol kemajuan, praktik korupsi terus menggerogoti kesejahteraan sosial dan memperlebar jurang ketidakadilan. Survei terbaru National Benchmark Survey (NBS) yang dilakukan Kawula17 mengungkap bahwa isu ini masih menjadi salah satu perhatian utama generasi muda, dengan semakin banyak anak muda yang memahami korupsi sebagai masalah sistemik, bukan sekadar perilaku individu.
Hasil survei semester I 2025 menunjukkan orang muda melihat berbagai praktik korupsi, kolusi, dan nepotismeâmulai dari penggunaan anggaran yang tidak transparan hingga maraknya jabatan publik yang diwarnai nepotismeâsebagai akar masalah. Mereka menilai solusi tidak bisa lagi berhenti pada operasi tangkap tangan semata, tetapi harus menyentuh akar sistem yang memungkinkan praktik ini terus berulang. Reformasi struktural menjadi desakan utama, termasuk kebijakan yang melarang koruptor mencalonkan diri di jabatan publik dan percepatan pengesahan RUU Perampasan Aset.
Di sisi lain, kepercayaan orang muda terhadap upaya pemerintah dalam pemberantasan korupsi merosot tajam. Empat dari lima responden mengaku kecewa, sementara skor kepercayaan publik terhadap pemerintah anjlok menjadi minus 77 persen. Program Manager Kawula17, Maria Angelica, menyebut temuan ini sebagai sinyal keras. Jika pemerintah tidak segera memperkuat kebijakan dan reformasi kelembagaan, kredibilitas di mata generasi muda bisa runtuh.
Fenomena serupa juga terjadi dalam isu lingkungan. Generasi muda menilai lemahnya penegakan hukum yang dipengaruhi uang dan kekuasaan serta kebijakan yang tidak efektif sebagai penyebab kerusakan lingkungan berulang. Lebih dari separuh responden mendesak pemerintah segera melindungi kawasan hutan dari deforestasi, kebakaran, dan alih fungsi lahan. Aspirasi ini menunjukkan bahwa orang muda tidak hanya menjadi pengamat, tetapi aktor aktif yang mendorong perubahan. Aktivis antikorupsi Dewi Anggraeni menyebut generasi muda kini semakin solid menyuarakan transparansi dan tanggung jawab, menandakan bahwa agenda pemberantasan korupsi dan perlindungan lingkungan akan menjadi arena partisipasi paling strategis di masa depan.





