TechnoUpdate News

Dipecat Usai 25 Tahun, Karyawan Bank Australia Digantikan Chatbot AI yang Justru Dilatihnya

Kathryn Sullivan, wanita yang telah berdedikasi 25 tahun di salah satu Bank di Australia, dikejutkan saat posisinya dirampingkan untuk digantikan oleh chatbot AI “Bumblebee” yang sebelumnya ia bantu latih.

Dunia kerja kembali diguncang ironi perkembangan teknologi. Kathryn Sullivan, seorang pegawai call center di Commonwealth Bank of Australia (CBA), dipecat setelah 25 tahun mengabdi. Ironisnya, posisi Sullivan kini digantikan oleh sebuah chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama Bumblebee—yang sebelumnya justru ia bantu latih.

Kisah ini mencuat setelah serikat pekerja keuangan Australia (Financial Services Union/FSU) melaporkan kasus pemutusan kerja tersebut ke Fair Work Commission. Menurut laporan, Sullivan bersama puluhan rekannya diminta mengajarkan skenario komunikasi pelanggan, menyusun jawaban standar, hingga mengoreksi kesalahan sistem. Tujuannya, agar Bumblebee dapat memberikan respons yang semakin akurat dan meyakinkan.

Namun alih-alih diapresiasi, pengalaman panjang Sullivan justru berakhir dengan surat pemutusan kerja. “Saya benar-benar kaget. Saya pikir AI itu hanya untuk membantu pekerjaan kami, bukan menggantikan,” kata Sullivan seperti dikutip News.com.au.

Pihak bank berdalih pemangkasan tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi dan efisiensi. Bumblebee disebut mampu menangani ribuan permintaan nasabah setiap hari dengan kecepatan dan konsistensi tinggi. CBA juga mengklaim sistem AI itu meningkatkan layanan pelanggan sekaligus mengurangi beban biaya operasional.

Serikat pekerja mengecam langkah ini sebagai preseden berbahaya. Menurut FSU, penggunaan AI tanpa regulasi jelas bisa menggerus hak pekerja manusia. “Sullivan bukan sekadar kehilangan pekerjaan, ia kehilangan masa depan yang sudah ia bangun selama puluhan tahun. Ini bukti bagaimana teknologi bisa merugikan ketika tidak dikendalikan dengan etika,” ujar perwakilan FSU.

Read More  Alibaba Cloud Perkuat Ekosistem Digital Indonesia

Kasus Sullivan menjadi sorotan nasional di Australia. Setelah tekanan publik, CBA akhirnya menawarkan pemulihan posisi dengan jabatan berbeda. Namun tawaran itu ditolak karena dianggap tidak setara dengan pekerjaan lamanya. Sullivan kini mempertimbangkan langkah hukum sambil memperingatkan publik bahwa “AI bisa mengambil alih kapan saja, bahkan ketika kita sendiri yang membantu membangunnya.”

Fenomena ini menggarisbawahi ketegangan global antara efisiensi teknologi dan keamanan pekerjaan. Di satu sisi, AI dianggap mampu mendongkrak produktivitas dan menekan biaya. Namun di sisi lain, kisah Sullivan menimbulkan pertanyaan besar: apakah manusia hanya sekadar “alat sementara” sebelum digantikan mesin yang lebih murah?

Para pakar menilai kasus di Australia ini bisa menjadi contoh awal dari tren yang lebih luas. Dunia perbankan, layanan pelanggan, hingga industri kesehatan tengah mempercepat adopsi AI. Tanpa regulasi ketat, para pekerja yang selama ini menopang sistem justru bisa menjadi korban pertama dari transformasi digital.

Back to top button