Studi: Bersih-Bersih Rumah Bisa Berdampak Seperti Merokok 20 Batang
Sebuah studi internasional mengungkapkan bahwa kebiasaan bersih-bersih rumah dengan produk pembersih kimia bisa merusak paru-paru layaknya merokok 20 batang rokok per hari.
Siapa sangka, kegiatan bersih-bersih rumah yang dianggap menyehatkan ternyata menyimpan risiko tersembunyi bagi kesehatan paru-paru. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Thoracic Society’s American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine menemukan bahwa penggunaan produk pembersih berbasis kimia dalam jangka panjang memiliki dampak serius pada fungsi pernapasan. Bahkan, efeknya disebut setara dengan merokok 20 batang rokok setiap hari.
Penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 6.000 responden di Norwegia selama dua dekade. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang rutin menggunakan cairan pembersih, khususnya perempuan, mengalami penurunan fungsi paru lebih cepat dibanding mereka yang tidak. Para peneliti menduga zat kimia dalam pembersih rumah tangga memicu iritasi kronis pada saluran pernapasan, yang lama-kelamaan merusak jaringan paru.
Dr. Øistein Svanes, peneliti utama dari University of Bergen, menjelaskan bahwa dampak ini terutama terlihat pada mereka yang bekerja sebagai petugas kebersihan atau yang sering membersihkan rumah dengan cairan kimia. “Kami mendapati bahwa paparan jangka panjang dari zat pembersih dapat menimbulkan kerusakan permanen pada paru-paru. Efeknya setara dengan seseorang yang merokok berat selama bertahun-tahun,” katanya.
Fenomena ini menjadi alarm bagi masyarakat, mengingat aktivitas bersih-bersih adalah rutinitas yang tak bisa dihindari. Namun, para ahli menyarankan agar masyarakat beralih ke metode yang lebih ramah lingkungan, seperti menggunakan air, cuka, atau baking soda yang terbukti lebih aman dan tetap efektif membersihkan.
Di Indonesia sendiri, masalah pernapasan akibat paparan zat kimia rumah tangga kerap tidak terdeteksi karena dianggap ringan. Padahal, data Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) terus meningkat, dengan prevalensi sekitar 4,5% pada populasi dewasa. Meski belum ada penelitian khusus terkait produk pembersih, studi global ini dapat menjadi peringatan penting untuk lebih bijak dalam memilih cara membersihkan rumah.
Pakar kesehatan paru, dr. Erlina Burhan, menegaskan perlunya edukasi masyarakat tentang risiko bahan kimia dalam produk pembersih. “Masyarakat perlu tahu bahwa tidak semua produk pembersih aman jika digunakan setiap hari. Alternatif alami bisa menjadi solusi untuk mengurangi paparan zat berbahaya pada paru,” ujarnya.
Kesadaran menjaga kesehatan pernapasan sama pentingnya dengan gaya hidup sehat lainnya. Jika merokok dihindari karena efek buruknya pada paru-paru, maka paparan dari bahan kimia pembersih juga sebaiknya diminimalkan. Dengan langkah sederhana seperti memilih bahan alami, memakai masker saat bersih-bersih, serta memastikan ventilasi rumah baik, risiko kesehatan dapat ditekan secara signifikan.





