Melek Teknologi tapi Terjebak Judi Online, Fenomena Gen Z yang Bikin Cemas
Hasil penelitian dari mahasiswa IPB mengungkap Gen Z yang melek teknologi justru rentan terjebak judi online. Akses mudah, tekanan sosial, dan rendahnya literasi finansial jadi pemicu utamanya.
Penelitian terbaru dari mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB University) mengungkap fenomena menarik sekaligus mengkhawatirkan: Gen Z Indonesia yang dikenal melek teknologi ternyata rentan terjebak dalam praktik judi online (judol). Studi ini dilakukan sebagai bagian dari riset perilaku digital generasi muda Indonesia tahun 2025.
Penelitian dilakukan oleh tim mahasiswa Departemen Komunikasi dan Sains Informasi IPB, dengan metode survei daring terhadap 1.200 responden berusia 17â25 tahun dari berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar. Survei ini juga diperkuat dengan wawancara mendalam terhadap 50 mahasiswa aktif pengguna platform digital.
Hasilnya cukup mencengangkan: sekitar 28% responden mengaku pernah mencoba judi online, baik dalam bentuk permainan slot, taruhan olahraga, maupun game digital berbayar yang memiliki unsur spekulasi uang. Menariknya, sebagian besar dari mereka memahami risiko keuangan dan hukum dari aktivitas tersebut, tetapi tetap melakukannya karena rasa penasaran, tekanan sosial, dan janji keuntungan cepat.
Menurut ketua tim peneliti, Raisa Nurrahma, faktor terbesar penyebab Gen Z terjebak judol adalah akses digital yang terlalu mudah dan algoritma media sosial yang menormalisasi konten perjudian. âMereka melihat influencer atau teman sebaya bermain dan menang, lalu muncul rasa ingin mencoba. Dengan modal kecil dan satu klik di ponsel, semuanya terasa tanpa risiko â padahal sebaliknya,â ujar Raisa dalam keterangan resminya di kampus IPB, Bogor.
Raisa menjelaskan, penelitian ini juga menemukan adanya pergeseran pola hiburan digital di kalangan Gen Z. Banyak yang mencari sensasi cepat, adrenalin, dan kepuasan instan dari gim berbasis uang. Fenomena ini diperkuat oleh lemahnya kontrol diri dan minimnya literasi finansial digital, yang membuat mereka mudah tergoda promosi di media sosial.
Dari sisi psikologi, Dr. Rudi Hartono, dosen pembimbing riset tersebut, menyebut bahwa Gen Z tumbuh di era konektivitas penuh, tetapi rentan mengalami kelelahan mental dan tekanan sosial akibat ekspektasi hidup yang tinggi. âKetika stres, mereka mencari pelarian cepat â dan judi online menyediakan itu dalam bentuk kesenangan semu,â jelasnya.
Penelitian IPB ini merekomendasikan pendekatan edukasi digital yang lebih adaptif dan berbasis komunitas, bukan sekadar larangan. Edukasi sebaiknya difokuskan pada literasi finansial, kesadaran digital, dan pemahaman risiko psikologis. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, kampus, dan platform digital diperlukan untuk memperkuat filter konten serta mendorong kampanye positif di ruang digital.
Fenomena ini menjadi peringatan bahwa melek teknologi saja tidak cukup. Tanpa pemahaman dan tanggung jawab digital, kemampuan Gen Z dalam menguasai teknologi justru bisa berubah menjadi jebakan baru di era digital.





