HealthcareUpdate News

BRIN Temukan Mikroplastik dalam Air Hujan Jakarta, Ancaman Baru bagi Kesehatan dan Lingkungan

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap temuan mengejutkan: partikel mikroplastik kini terdeteksi dalam air hujan di wilayah Jakarta.

Temuan ini menambah panjang daftar bukti bahwa pencemaran mikroplastik di Indonesia telah memasuki tahap mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan tim Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sepanjang tahun 2025, partikel mikroplastik ditemukan di hampir semua sampel air hujan yang dikumpulkan dari berbagai titik di Jakarta, mulai dari kawasan padat penduduk hingga area terbuka hijau.

Menurut peneliti BRIN, Dr. Rika Amalia, partikel mikroplastik yang terdeteksi berukuran antara 50 hingga 500 mikrometer, sebagian besar berasal dari serat pakaian sintetis, debu plastik dari ban kendaraan, dan degradasi limbah plastik rumah tangga.

“Yang mengejutkan, mikroplastik ini tidak hanya ditemukan di permukaan tanah atau perairan, tetapi kini terbawa oleh angin dan presipitasi udara hingga akhirnya jatuh bersama air hujan. Ini menandakan bahwa polusi plastik sudah menjadi bagian dari siklus atmosfer,” jelas Rika.

Dampaknya tidak bisa dianggap remeh. Ketika air hujan yang tercemar mikroplastik meresap ke tanah atau masuk ke sistem penyediaan air bersih, partikel-partikel ini berpotensi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Environmental Pollution menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap mikroplastik dapat memicu stres oksidatif, peradangan sel, gangguan hormon, serta meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan gangguan reproduksi.

“Ukuran mikroplastik yang sangat kecil membuatnya bisa menembus jaringan tubuh, termasuk paru-paru dan aliran darah. Jika dibiarkan, ini bisa menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius,” tambah Rika.

Read More  Asia Economic Summit 2025: Menyatukan Inovasi, Kebijakan, dan Investasi ASEAN

Sementara itu, BRIN mencatat bahwa tingkat pencemaran mikroplastik di Indonesia kini meluas tidak hanya di laut, tetapi juga di udara dan tanah. Penelitian sebelumnya menemukan mikroplastik di sungai-sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, dan Bengawan Solo, serta di perairan Teluk Jakarta.

Kondisi ini diperparah oleh tingginya konsumsi plastik sekali pakai dan buruknya sistem pengelolaan limbah. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut Indonesia menghasilkan lebih dari 11 juta ton sampah plastik per tahun, dan sebagian besar tidak terkelola dengan baik.

BRIN menekankan pentingnya langkah mitigasi, mulai dari pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, peningkatan daur ulang, hingga pengembangan teknologi penyaring mikroplastik di instalasi pengolahan air.

“Jika tidak ada upaya serius, mikroplastik akan menjadi polutan abadi yang terus bersirkulasi dalam sistem alam dan tubuh manusia,” ujar Rika menegaskan.

Peneliti juga mendorong masyarakat untuk mulai mengubah kebiasaan kecil seperti menghindari pakaian sintetis, menggunakan tas kain, serta membatasi penggunaan botol dan wadah plastik sekali pakai.

Back to top button