Pemeriksaan Kesehatan Gratis Temukan Banyak Anak Sekolah Alami Anemia hingga Tekanan Darah Tinggi
Pemeriksaan kesehatan gratis untuk siswa di Indonesia mendeteksi adanya anemia, gangguan gigi, dan tekanan darah tinggi pada anak sekolah
Pemeriksaan kesehatan gratis di sekolah-sekolah Indonesia kembali mengungkap fakta yang mencemaskan: banyak anak usia sekolah ternyata memiliki gangguan kesehatan, mulai dari anemia, tekanan darah tinggi, hingga masalah gigi dan kurang aktivitas fisik.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digagas pemerintah ini telah menjangkau 13,8 juta siswa dari seluruh jenjang pendidikan. Angka tersebut masih bagian dari target nasional yang menargetkan pemeriksaan kesehatan terhadap lebih dari 50 juta anak di seluruh Indonesia.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pemeriksaan dilakukan di lebih dari 282 ribu sekolah dengan melibatkan petugas puskesmas dan tenaga kesehatan daerah.
Dari hasil pemeriksaan nasional , ditemukan lima masalah kesehatan terbanyak, yaitu:
- Kurang aktivitas fisik (60,1%)
- Masalah gigi dan mulut (50,3%)
- Anemia (27,2%)
- Risiko gangguan kesehatan reproduksi (25,3%)
- Tekanan darah tinggi (15,9%)
Masalah kurang aktivitas fisik menjadi temuan terbesar, yang menurut para ahli dipicu oleh meningkatnya waktu anak di depan layar (screen time) dan minimnya kegiatan olahraga di sekolah. Padahal, aktivitas fisik minimal 60 menit per hari direkomendasikan oleh WHO untuk anak-anak usia sekolah agar terhindar dari obesitas dan gangguan metabolik.
Gangguan gigi dan mulut juga menempati posisi tinggi, dengan lebih dari 4,5 juta anak tercatat mengalami karies atau gigi berlubang. Minimnya kebiasaan menggosok gigi dua kali sehari dan konsumsi makanan tinggi gula disebut sebagai penyebab utama.
Masalah anemia menjadi perhatian serius karena berdampak langsung pada kemampuan belajar dan konsentrasi siswa. Dari data Kemenkes, 27,2% anak sekolah mengalami anemia, sebagian besar akibat kekurangan zat besi. âAnemia bukan hanya membuat anak mudah lelah, tapi juga menurunkan daya tangkap di kelas,â kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, dr. Eva Susanti, M.Kes.
Sementara itu, hasil pemeriksaan juga menemukan adanya tekanan darah tinggi pada 15,9% anak sekolah. Kondisi ini mengejutkan karena hipertensi biasanya dikaitkan dengan usia dewasa. âFenomena ini menunjukkan bahwa gaya hidup tidak sehat sudah dimulai sejak dini â pola makan tinggi garam, kurang tidur, dan stres akademik menjadi faktor pemicu,â jelas dr. Eva.
Kemenkes menegaskan bahwa program ini tidak hanya bersifat pendataan, tetapi juga akan ditindaklanjuti dengan rujukan ke fasilitas kesehatan dan intervensi berbasis sekolah. Siswa yang terdeteksi memiliki gangguan akan dipantau melalui Puskesmas dan kegiatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
Selain pemeriksaan fisik, program CKG juga mencakup edukasi tentang gizi seimbang, kebersihan pribadi, pemeriksaan mata, dan kesehatan mental dasar. Beberapa daerah bahkan mengintegrasikan kegiatan ini dengan pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri untuk mencegah anemia.
Kepala Biro Komunikasi Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa hasil CKG menjadi data penting untuk menentukan arah kebijakan kesehatan anak nasional. âKami ingin setiap anak Indonesia tumbuh sehat dan siap belajar. Data ini menjadi dasar intervensi lintas sektor antara Kemenkes dan Kemendikbud,â ujarnya.
Ke depan, pemerintah menargetkan seluruh siswa SD hingga SMA di Indonesia bisa menjalani pemeriksaan kesehatan rutin minimal dua kali setahun. Program ini juga diharapkan melibatkan lebih banyak sekolah swasta dan madrasah agar cakupan semakin merata.
Upaya besar ini diharapkan menjadi langkah awal menuju generasi Indonesia Emas 2045 yang sehat dan produktif â karena masa depan bangsa dimulai dari anak-anak yang sehat hari ini.



