Program Digitalisasi Pendidikan Lanjut, 5 Tahun ke Depan, Setiap Sekolah Miliki 6 IFP
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti memastikan bahwa program digitalisasi pendidikan akan berlanjut dan menargetkan dalam lima tahun ke depan, setiap sekolah memiliki enam perangkat Interactive Flat Panel (IFP).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa transformasi digital dalam dunia pendidikan merupakan agenda jangka panjang yang tidak berhenti di tahun pertama. Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa program ini akan terus diperluas hingga lima tahun ke depan untuk meningkatkan akses, mutu, efisiensi, dan daya saing pendidikan di seluruh Indonesia.
“Program digitalisasi pendidikan bukan proyek satu tahun, tetapi upaya berkelanjutan agar anak-anak kita memiliki akses belajar yang relevan dengan zaman,” ujar Abdul Mu’ti, Jumat (23/10).
Program digitalisasi pendidikan mencakup penyediaan perangkat seperti laptop, external hard drive untuk konten pembelajaran, konektivitas internet, panel surya sebagai sumber listrik cadangan, serta Interactive Flat Panel (IFP) — papan layar sentuh interaktif yang menggantikan papan tulis dan proyektor konvensional.
Berdasarkan data Kemendikbudristek, pada tahun 2025 akan ada 288.865 satuan pendidikan yang menerima perangkat digitalisasi pembelajaran, mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, hingga SLB. Tahun pertama setiap sekolah akan menerima satu unit IFP, kemudian meningkat menjadi tiga unit pada 2026, dan ditargetkan mencapai enam unit IFP per sekolah pada 2029.
IFP atau Interactive Flat Panel adalah layar sentuh berukuran besar yang memungkinkan guru menulis, menggambar, menampilkan video, hingga melakukan simulasi interaktif secara langsung di layar. Teknologi ini membantu proses belajar menjadi lebih menarik dan interaktif. Guru dapat mengakses berbagai sumber pembelajaran digital, sementara siswa bisa berpartisipasi aktif, baik di kelas maupun secara daring.
Program ini diharapkan tidak hanya memperkuat literasi digital siswa, tetapi juga mendukung pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. Dengan perangkat digital, sekolah di daerah terpencil akan memiliki kesempatan belajar yang setara dengan sekolah di perkotaan. Selain itu, digitalisasi juga membantu efisiensi administrasi sekolah, termasuk dalam pelaporan kinerja dan penilaian pembelajaran melalui sistem digital yang terintegrasi.
Kemendikbudristek mencatat hingga 22 Oktober 2025, sebanyak 64.072 perangkat digitalisasi telah tiba di sekolah-sekolah, dan 54.578 di antaranya sudah terpasang serta siap digunakan. Rinciannya mencakup ribuan sekolah di jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB. Angka ini menjadi awal penting menuju target lima tahun yang lebih besar.
Namun, implementasi program digitalisasi pendidikan juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan jaringan internet dan listrik di beberapa wilayah terpencil, serta kebutuhan pelatihan bagi guru agar mampu memanfaatkan teknologi secara optimal dalam proses belajar mengajar. Perawatan dan keberlanjutan perangkat juga menjadi perhatian penting agar investasi ini tidak berhenti hanya di pengadaan awal.
Abdul Mu’ti menekankan bahwa keberhasilan digitalisasi pendidikan bukan hanya diukur dari banyaknya perangkat, tetapi dari bagaimana guru dan siswa memanfaatkannya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. “Kami harap lima tahun ke depan, setiap sekolah memiliki enam IFP yang bukan hanya menjadi simbol kemajuan, tapi benar-benar digunakan sebagai alat pembelajaran modern,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan memperkuat fondasi pendidikan Indonesia dalam menghadapi tantangan era industri 4.0 dan menyiapkan generasi muda yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi global.



