HealthcareUpdate News

Baru 20 Tahun Sudah Kena Kanker Usus: Anak Muda Perlu Waspada

Gadis 20 tahun asal Jakarta Timur, harus menunda mimpinya karena kanker usus datang di usia yang tak terduga.

Di saat teman-temannya sibuk kuliah dan menyusun masa depan, F justru tengah menjalani kemoterapi setelah divonis kanker usus stadium tiga. Ia tak pernah menyangka, gejala ringan seperti perut kembung dan nyeri saat buang air besar bisa berujung pada penyakit mematikan.

Selama berbulan-bulan ia hanya mengira mengalami gangguan lambung biasa. Ia mencoba mengatasinya dengan obat warung dan memperbaiki pola makan seadanya. Tapi keluhan itu tidak hilang, bahkan makin parah. Berat badannya turun drastis. Perutnya sering terasa sakit. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk periksa ke dokter.

Hasilnya membuatnya terpukul: kanker kolorektal stadium lanjut. Bagian ususnya harus diangkat sebagian, dan ia langsung dijadwalkan menjalani serangkaian kemoterapi. Rambutnya mulai rontok, tubuhnya melemah, tetapi ia tetap mencoba tersenyum. “Saya pikir cuma maag biasa,” kata F, pelan.

Kasus seperti F bukan lagi hal langka. Kementerian Kesehatan mencatat peningkatan signifikan jumlah penderita kanker usus besar pada usia muda. Gaya hidup urban yang serba cepat dan serba instan menjadi salah satu penyebab utama. Makanan minim serat, konsumsi daging olahan, minuman berpemanis, dan kebiasaan duduk terlalu lama menjadi kombinasi yang mematikan.

Dulu kanker usus banyak menyerang kelompok usia di atas 50 tahun. Namun tren kini bergeser. Remaja hingga dewasa muda mulai menunjukkan angka kejadian yang mengkhawatirkan. Dalam beberapa tahun terakhir, perempuan pun tercatat mengalami peningkatan jumlah kasus. Meski secara statistik pria masih mendominasi, namun perubahan hormonal, penggunaan kontrasepsi jangka panjang, dan gaya hidup yang tak sehat ikut menjadi faktor risiko bagi perempuan.

Read More  Anjani Sekar Arum, Membatik Harapan di Kaki Gunung

Gejala kanker usus sering datang diam-diam. Perubahan pola buang air besar yang tidak biasa, feses berdarah, perut terasa penuh meski tidak makan banyak, atau berat badan turun tanpa sebab adalah tanda-tanda yang sering diabaikan. Banyak pasien baru datang ke rumah sakit ketika kondisinya sudah serius.

Dokter menyarankan agar setiap orang, terutama yang tinggal di perkotaan, mulai memperhatikan pola makan dan kesehatan usus sejak muda. Sayur dan buah harus menjadi bagian penting dalam menu harian. Aktivitas fisik tidak bisa lagi ditunda. Pemeriksaan rutin, termasuk tes feses dan kolonoskopi bila ada riwayat keluarga, menjadi kunci deteksi dini.

F kini mulai aktif berbagi kisahnya di media sosial. Ia berharap kisahnya bisa menyadarkan orang lain agar tidak menyepelekan sinyal-sinyal dari tubuh. “Kalau bisa kembali ke awal, saya pasti langsung periksa sejak pertama kali sakit,” ucapnya.

Back to top button