Bediding Melanda Dataran Tinggi, Waspadai Dampaknya Bagi Kesehatan
Fenomena bediding kembali terjadi di sejumlah wilayah dataran tinggi Indonesia. Di balik keindahan embun beku, suhu dingin ekstrem ini menyimpan risiko kesehatan yang tak bisa diabaikan.

Suhu udara di kawasan Dataran Tinggi Dieng kembali anjlok hingga mendekati titik beku. Fenomena bediding yang muncul setiap musim kemarau ini menyelimuti pepohonan dengan embun beku yang menyerupai salju, menarik perhatian wisatawan sekaligus mengundang kekhawatiran para tenaga medis.
Dalam beberapa hari terakhir, suhu di wilayah Dieng tercatat mencapai 3–5°C pada dini hari. Walau indah secara visual, bediding ternyata menyimpan ancaman bagi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, lansia, serta penderita penyakit pernapasan.
“Cuaca ekstrem seperti ini berisiko menyebabkan hipotermia ringan hingga berat, terutama jika tubuh tidak cukup terlindungi,” ujar dr. Suprapto, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Ia menjelaskan bahwa paparan udara dingin secara terus-menerus dapat menurunkan suhu tubuh inti, memicu kelelahan, dan memperburuk daya tahan tubuh.
Menurutnya, musim bediding juga kerap disertai peningkatan kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas), batuk, pilek, dan sesak napas. “Pada pasien dengan asma atau bronkitis kronis, gejala bisa memburuk. Karena itu penting menjaga tubuh tetap hangat dan tidak terlalu sering terpapar udara terbuka saat pagi hari,” tambahnya.
Data dari Dinas Kesehatan Wonosobo menunjukkan, sejak awal Juli terjadi kenaikan kunjungan pasien dengan keluhan pernapasan ringan sebesar 18 persen dibanding bulan sebelumnya. Kelembapan udara yang rendah juga memicu kulit kering, pecah-pecah, serta gangguan tidur.
Langkah Pencegahan Sederhana
Untuk melindungi diri dari dampak bediding, dr. Suprapto menganjurkan beberapa langkah sederhana namun efektif:
- Kenakan pakaian hangat berlapis, termasuk jaket, kaus kaki, dan syal, terutama saat malam dan pagi hari.
- Perbanyak konsumsi air hangat dan makanan bergizi untuk menjaga daya tahan tubuh.
- Gunakan pelembap kulit untuk mencegah kekeringan.
- Hindari aktivitas berat di luar ruangan saat suhu sangat rendah, terutama bagi kelompok rentan.
- Jaga ventilasi ruangan tetap cukup, tapi hindari angin langsung masuk ke tubuh saat tidur.
BMKG memprediksi fenomena bediding masih akan berlanjut hingga pertengahan Agustus di berbagai wilayah pegunungan seperti Dieng, Batu (Malang), dan sebagian Nusa Tenggara Timur. Masyarakat diminta tetap waspada terhadap perubahan suhu ekstrem dan menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat selama masa cuaca dingin ini berlangsung.
“Fenomena alam ini memang rutin, tapi bukan berarti bisa dianggap sepele. Tetap hangat, tetap waspada, dan jaga kesehatan,” tutup dr. Suprapto.