Begini Cara Meraup Untung dari Investasi Emas
Saat ekonomi dunia terpuruk, investasi emas kembali dilirik sebagai penyelamat keuangan. Bagaimana caranya agar cuan dari emas tetap optimal?

Pagi itu, di sebuah toko emas di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, antrean pembeli tampak mulai mengular sejak toko baru saja buka. Beberapa di antaranya adalah investor individu yang sengaja datang untuk membeli logam mulia. “Saya tambah beli 5 gram lagi. Soalnya sekarang emas naik terus, katanya bisa sampai 4.000 dolar per ons,” ujar Didi Santoso, seorang karyawan swasta yang sejak awal tahun rutin membeli emas batangan kecil-kecil sebagai tabungan masa depan.
Fenomena ini bukan sekadar tren lokal. Di seluruh dunia, emas kini kembali menjadi primadona. Di tengah ketidakpastian global, dari ancaman resesi, konflik geopolitik, hingga pelemahan nilai mata uang, harga emas terus melonjak. Sejak awal 2025, emas sudah naik lebih dari 26 persen dan masih berpotensi naik lebih tinggi. Goldman Sachs bahkan memproyeksikan harga emas akan mencapai US$3.700 per ons, sementara JPMorgan lebih berani lagi dengan prediksi tembus US$4.000 per ons pada pertengahan 2026.
Situasi ini membuat banyak orang kembali melirik emas sebagai alat lindung nilai. Berbeda dengan saham yang volatil, atau kripto yang penuh risiko, emas dinilai lebih stabil. Ketika ekonomi dunia terguncang, emas justru biasanya naik karena dipercaya sebagai safe haven asset, aset yang aman saat krisis.
Namun, untuk mendapatkan cuan dari emas, bukan berarti cukup beli dan simpan begitu saja. Ada strategi khusus agar keuntungan bisa maksimal dan risikonya tetap terkontrol.
Menurut analis keuangan dari Goldhub Asia, Rizky Putra, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor emas saat kondisi ekonomi global sedang tidak stabil seperti sekarang. Yang pertama adalah memilih jenis emas yang sesuai dengan tujuan investasi. Jika ingin investasi jangka panjang, emas batangan atau logam mulia adalah pilihan terbaik karena nilainya stabil dan likuiditasnya tinggi. Tapi jika ingin diversifikasi dengan potensi cuan lebih cepat, bisa memilih emas dalam bentuk Exchange Traded Fund (ETF) atau emas digital yang bisa diperdagangkan secara online.
Kedua, perhatikan waktu pembelian. Meskipun harga emas cenderung naik saat ekonomi memburuk, tetap ada momen-momen koreksi di mana harga bisa turun sementara. “Jangan langsung beli dalam jumlah besar sekaligus. Beli secara bertahap agar bisa dapat harga rata-rata yang lebih aman. Ini strategi dollar cost averaging,” ujar Rizky.
Ketiga, pahami biaya-biaya tambahan. Untuk emas fisik, ada selisih harga beli dan jual (spread) yang harus diperhitungkan. Biasanya, semakin kecil ukuran emas batangan yang dibeli, selisih harganya makin besar. Karena itu, untuk investasi jangka panjang, membeli emas ukuran minimal 5 gram atau 10 gram lebih disarankan agar lebih efisien.
Selain itu, faktor keamanan juga penting. Simpan emas di tempat yang aman, misalnya di safe deposit box bank atau layanan penyimpanan terpercaya. Jika memilih emas digital, pastikan platform yang digunakan memiliki izin resmi dari regulator seperti OJK atau Bappebti.
Terakhir, perlu diingat bahwa investasi emas sebaiknya tidak menjadi satu-satunya instrumen keuangan. Emas bisa menjadi pelindung nilai saat ekonomi terpuruk, tetapi tetap perlu diimbangi dengan aset lain seperti reksa dana, obligasi, atau saham agar portofolio lebih seimbang.
Dengan kondisi dunia yang masih penuh ketidakpastian, emas memang bisa menjadi teman setia dalam menjaga kekayaan. Tapi seperti investasi lainnya, perlu strategi yang matang agar potensi cuan bisa benar-benar diraih, bukan sekadar ikut-ikutan tren. Di tengah derasnya arus ekonomi global yang tak menentu, emas tetap bersinar—asal tahu cara memanfaatkannya.