HealthcareUpdate News

Benarkah AI Membuat Kemampuan Berpikir Kritis Berkurang?

Meningkatnya penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan sehari-hari memunculkan pertanyaan besar: apakah teknologi ini benar-benar melemahkan kemampuan berpikir kritis manusia?

Kehadiran kecerdasan buatan (AI) kini semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari, terutama di dunia pendidikan dan pekerjaan. Namun, muncul pertanyaan besar: benarkah penggunaan AI justru membuat kemampuan berpikir kritis manusia berkurang?

Sejumlah penelitian di Indonesia memberikan jawaban yang beragam. Sebuah studi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2024 menemukan bahwa penggunaan AI dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa jika dimanfaatkan sebagai alat bantu. AI dianggap memperkaya referensi, membuka wawasan baru, dan membantu mahasiswa dalam menganalisis data lebih cepat.

Namun, penelitian lain dari Universitas Negeri Medan (Unimed) menunjukkan sisi berbeda. Studi tersebut menyoroti bahwa mahasiswa yang terlalu sering mengandalkan AI dalam mengerjakan tugas justru mengalami penurunan kreativitas dan kritisisme. Ketergantungan pada jawaban instan membuat mereka cenderung malas melakukan analisis mandiri.

Pandangan serupa juga disampaikan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, pada Juni 2025. Ia menegaskan bahwa meski teknologi semakin canggih, keputusan akhir tetap ada di tangan manusia. “Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah justru semakin penting di era AI,” ujarnya.

Sementara itu, penelitian terbaru dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) memperkuat kekhawatiran bahwa AI dapat menurunkan kualitas daya pikir manusia. Dalam studinya, MIT menemukan bahwa orang yang terlalu sering menggunakan AI untuk membuat keputusan cenderung kehilangan kemampuan untuk menilai informasi secara kritis. Mereka lebih mudah menerima hasil yang diberikan mesin tanpa melakukan proses verifikasi atau analisis mendalam. Hal ini, menurut para peneliti MIT, berisiko menciptakan “generasi instan” yang terbiasa dengan solusi cepat, tetapi rapuh ketika harus menghadapi persoalan kompleks yang membutuhkan intuisi, logika, dan pemikiran jangka panjang.

Read More  Aplikasi Muslim Pro dan Kispray Kasturi Berikan Umrah Gratis

Dari beragam temuan ini, tampak jelas bahwa AI bukanlah ancaman mutlak, melainkan alat yang bergantung pada cara penggunaannya. Jika dipakai sekadar menyalin jawaban, AI bisa membuat daya pikir kritis tumpul. Tetapi jika dimanfaatkan sebagai mitra belajar dan eksplorasi, teknologi ini justru dapat mempertajam analisis dan menstimulasi kreativitas.

Para pakar pendidikan pun sepakat bahwa kunci utamanya ada pada pendampingan, literasi digital, dan regulasi penggunaan AI. Dengan begitu, mahasiswa maupun masyarakat dapat memaksimalkan manfaat teknologi tanpa kehilangan kemampuan berpikir kritis yang menjadi modal utama menghadapi masa depan.

Back to top button