FintalkUpdate News

Bitcoin Sentuh Rp1,73 Miliar, Pasar Bersiap Sambut Rekor Tertinggi Baru

Bitcoin kembali menguat menembus level US$107.000 pada Kamis (26/6), mendekati rekor tertinggi sepanjang masa dan memicu optimisme pasar kripto global.

Harga Bitcoin (BTC) melonjak sebesar 1,4% dalam 24 jam terakhir dan kini diperdagangkan sedikit di atas US$107.000 atau setara Rp1,73 miliar (kurs Rp16.229) pada Kamis pagi, 26 Juni 2025. Aset kripto terbesar ini berhasil menembus level resistensi penting di US$103.000, membuka peluang untuk menguji kembali harga tertinggi sepanjang masa (ATH) dalam waktu dekat.

Kinerja impresif Bitcoin menjadikannya aset dengan performa terbaik di antara lima besar aset kripto global sepanjang tahun ini, dengan kenaikan hampir 15% sejak awal 2025. Momentum ini diperoleh saat pasar kripto mulai tenang pasca ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel.

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai lonjakan harga BTC merupakan hasil dari kombinasi faktor teknikal dan makroekonomi. “Breakout di atas US$103.000 disertai volume tinggi menunjukkan pasar tengah bersiap menuju resistance berikutnya di US$110.500 atau sekitar Rp1,79 miliar,” ujarnya kepada media.

Data dari CoinGlass mengindikasikan likuidasi posisi short masih dalam batas wajar, menandakan bahwa pelaku pasar mulai kembali mengambil posisi beli. Open interest untuk kontrak berjangka Bitcoin pun melonjak ke level tertinggi dua pekan terakhir, memperkuat sinyal kembalinya kepercayaan investor.

Secara teknikal, formasi grafik inverse head and shoulders memproyeksikan potensi kenaikan ke US$109.000. Sementara indikator RSI menunjukkan kondisi jenuh beli—mengisyaratkan kemungkinan koreksi jangka pendek—namun tren tetap bullish selama support di US$106.000 belum tertembus.

Di sisi makroekonomi, pernyataan Gubernur Federal Reserve AS Christopher Waller soal peluang penurunan suku bunga pada rapat FOMC 29–30 Juli menjadi angin segar bagi aset berisiko seperti kripto. Sinyal ini memperkuat pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang sebelumnya mengindikasikan adanya dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini.

Read More  PHK Meningkat, Begini Cara Bijak Mengelola Uang Pesangon

“Penurunan suku bunga akan menurunkan biaya pinjaman dan mendorong rotasi aset ke instrumen berisiko tinggi seperti Bitcoin dan Ethereum,” jelas Fyqieh. Ia juga menambahkan bahwa arus masuk ke ETF Bitcoin spot semakin memperkuat posisi BTC. Data terbaru menunjukkan total dana yang mengalir ke ETF Bitcoin di AS telah melampaui US$9 miliar, dengan iShares Bitcoin Trust milik BlackRock memimpin di depan.

Pada 22 Mei lalu, pasar mencatat rekor arus masuk ETF Bitcoin sebesar US$432 juta dalam satu hari—memberikan tambahan katalis untuk reli harga. Namun, Fyqieh mengingatkan bahwa investor tetap perlu waspada terhadap potensi koreksi jika hasil rapat The Fed tidak sesuai ekspektasi pasar.

“Jika suku bunga tetap tinggi dan inflasi tidak terkendali, koreksi jangka pendek bisa terjadi. Tapi secara fundamental, prospek jangka menengah Bitcoin masih sangat positif,” tutupnya.

Saat ini, pasar kripto tengah menanti apakah Bitcoin mampu menembus ATH sebelumnya di US$111.970 atau sekitar Rp1,81 miliar, yang bisa menandai awal fase bullish baru di paruh kedua 2025.

Back to top button