FintalkUpdate News

Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi, Sambut Era Suku Bunga Longgar

Bitcoin kembali mencetak sejarah dengan menembus harga tertinggi sepanjang masa di level US$112.000 atau sekitar Rp1,81 miliar, menandai antusiasme pasar terhadap kemungkinan pelonggaran suku bunga oleh The Fed.

Bitcoin (BTC) kembali mencuri perhatian dunia keuangan setelah mencetak rekor baru di angka US$112.000 pada Kamis (10/7). Lonjakan hampir 3 persen dalam sehari ini terjadi di tengah meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuan.

Sentimen pasar menguat hanya beberapa jam setelah risalah rapat FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) bulan Juni dirilis. Dalam dokumen tersebut, sejumlah pejabat The Fed memproyeksikan setidaknya satu kali pemangkasan suku bunga akan dilakukan tahun ini, dengan peluang besar terjadi pada pertemuan 30 Juli mendatang—tergantung pada data inflasi terbaru.

“Lonjakan ini menandakan bahwa investor kripto mulai mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter yang dapat meningkatkan likuiditas pasar,” ujar Fyqieh Fachrur, analis Tokocrypto, saat dihubungi Jumat pagi. Menurutnya, level US$112.000 merupakan zona psikologis penting. Jika momentum terus terjaga, Bitcoin berpeluang menguji resistensi berikutnya di kisaran US$115.000 hingga US$118.000.

Kenaikan harga Bitcoin juga ditopang oleh meningkatnya permintaan pada produk ETF spot BTC di AS. Tercatat pada 9 Juli, total arus masuk ke ETF spot Bitcoin mencapai US$80,6 juta, memperkuat tren bullish dalam dua pekan terakhir.

Namun, di balik euforia ini, sejumlah analis on-chain memperingatkan bahwa permintaan spot dari pasar ritel masih cenderung lemah. Tanpa dukungan volume besar dari investor harian, reli harga dikhawatirkan tak akan bertahan lama.

Kini, pasar kripto menantikan dua momen penting yang akan menentukan arah berikutnya: rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat untuk bulan Juni pada 11 Juli, serta keputusan suku bunga The Fed pada 30 Juli.

Read More  Peringatkan Serangan Siber di Gmail, Pengguna Diminta Tingkatkan Keamanan

“Jika inflasi menunjukkan tren melandai, maka peluang pemangkasan suku bunga makin terbuka lebar dan bisa memperkuat sentimen positif terhadap aset kripto,” jelas Fyqieh.

Ancaman Tarif Dagang dan Tekanan Inflasi

Meski sinyal pelonggaran moneter mulai menguat, pasar tetap berhati-hati menyikapi ketegangan global. Dalam risalah FOMC, muncul kekhawatiran terhadap dampak tarif perdagangan baru yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap sejumlah negara. Meski Trump membantah kebijakan tersebut memicu inflasi, sebagian pejabat The Fed memilih menahan diri hingga situasi lebih jelas.

Secara teknikal, Bitcoin berada di zona bullish, dengan indikator RSI (Relative Strength Index) masih di atas level 50 dan MACD menunjukkan tren naik. Namun, analis mencatat bahwa jika harga BTC gagal bertahan di atas US$112.500, ada risiko koreksi dengan level support terdekat di US$110.800 dan US$109.750.

Sementara itu, jika tren positif berlanjut dan likuiditas meningkat pasca sinyal The Fed, BTC diyakini bisa menyentuh US$118.000 dalam waktu dekat. Meski demikian, pelaku pasar disarankan tetap waspada terhadap volatilitas yang tinggi menjelang rilis data CPI dan keputusan suku bunga.

Bitcoin tak hanya kembali mencetak rekor, tapi juga menunjukkan fungsinya sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global. Jika tren dovish The Fed berlanjut, bukan tidak mungkin pasar kripto akan kembali memasuki fase ekspansi agresif.

Back to top button