Daftar 10 Negara dengan Harapan Hidup Terendah di Dunia, Bagaimana Posisi Indonesia?
Data terbaru dari Visual Capitalist menunjukkan kesenjangan tajam harapan hidup antarnegara, dengan Afrika mendominasi daftar terendah dan Indonesia berada di posisi sedang.

Langit mendung menaungi ibu kota Bangui, Republik Afrika Tengah, ketika tim medis dari organisasi kemanusiaan internasional tiba di sebuah klinik darurat. Suasana di dalam penuh sesak: anak-anak kekurangan gizi, ibu hamil tanpa akses obat, dan pasien malaria terbaring lemah. Di tempat ini, harapan hidup bukan sekadar angka statistik, tetapi pertarungan nyata antara hidup dan mati yang terjadi setiap hari.
Republik Afrika Tengah adalah negara dengan harapan hidup terendah di dunia, menurut data terbaru dari Visual Capitalist yang menggunakan proyeksi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2025. Rata-rata usia hidup di negara ini hanya sekitar 54 tahun. Bersama sembilan negara lainnya yang mayoritas berasal dari kawasan Sub-Sahara Afrika, daftar ini mencerminkan ketimpangan luar biasa dalam kesehatan global.
Daftar 10 negara dengan harapan hidup terendah tahun 2025 versi Visual Capitalist adalah:
- Republik Afrika Tengah
- Lesotho
- Chad
- Sierra Leone
- Nigeria
- Somalia
- Pantai Gading
- Sudan Selatan
- Guinea-Bissau
- Guinea Khatulistiwa
Rata-rata usia hidup di negara-negara tersebut berada di kisaran 53 hingga 58 tahun—jauh di bawah rata-rata global yang saat ini berada di angka 73 tahun.
Mengapa begitu rendah? Penyebabnya bukan tunggal, tetapi saling berkelindan: kemiskinan struktural, konflik bersenjata berkepanjangan, sistem kesehatan yang lemah, kurangnya akses vaksinasi, serta tingginya angka kematian bayi dan ibu. Di banyak daerah, bahkan air bersih dan fasilitas sanitasi masih menjadi barang langka. Bakteri dan virus menyebar cepat, sementara akses ke pengobatan lambat, mahal, atau sama sekali tidak tersedia.
Visual Capitalist menyebut bahwa negara-negara ini tidak hanya tertinggal dalam pembangunan fisik, tetapi juga dalam indikator kesehatan dasar seperti nutrisi, imunisasi, dan infrastruktur layanan medis. Ketika negara-negara maju berbicara tentang penuaan populasi dan pengobatan regeneratif, sebagian besar warga di negara-negara ini justru tidak pernah mencapai usia pensiun.
Sementara itu, Indonesia berada pada posisi yang lebih baik. Data dari World Bank dan proyeksi UN menunjukkan bahwa harapan hidup penduduk Indonesia pada 2025 mencapai 72,6 tahun—lebih tinggi dari rata-rata negara berkembang, namun masih tertinggal dibanding negara-negara maju seperti Jepang (84,3 tahun), Korea Selatan (83,5 tahun), atau Singapura (83,2 tahun).
Harapan hidup di Indonesia menunjukkan tren positif dalam dua dekade terakhir, berkat perbaikan layanan kesehatan dasar, peningkatan angka imunisasi, dan program jaminan kesehatan nasional. Meski begitu, tantangan masih ada—terutama di wilayah timur Indonesia, seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur, yang mencatatkan angka harapan hidup jauh di bawah rata-rata nasional. Ketimpangan akses layanan kesehatan antara desa dan kota, serta tingginya angka penyakit tidak menular seperti stroke dan diabetes, menjadi perhatian utama pemerintah.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, strategi ke depan bukan hanya meningkatkan angka harapan hidup, tetapi juga kualitas hidup sehat. “Kita ingin tidak hanya hidup lebih lama, tapi juga hidup lebih sehat dan produktif. Artinya, perlu penekanan pada gaya hidup, edukasi gizi, deteksi dini penyakit kronis, dan penguatan layanan primer,” ujar Direktur Kesehatan Masyarakat, dr. Lia Partakusuma, dalam sebuah seminar nasional kesehatan di Jakarta, Juni lalu.
Kesimpulannya, harapan hidup tak bisa dilepaskan dari kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Di negara-negara dengan stabilitas dan pelayanan publik yang baik, penduduknya cenderung hidup lebih lama. Sebaliknya, di negara yang masih berjuang keluar dari perang, kelaparan, atau krisis iklim, hidup panjang masih menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
Harapan hidup mungkin hanya angka dalam statistik, tetapi di baliknya tersimpan realitas—tentang siapa yang bisa menikmati masa tua dan siapa yang tidak pernah sempat merasakannya