FintalkUpdate News

Dari Limbah Jadi Berkah: Cuan Jutaan Rupiah dari Bisnis Kulit Telur

Dulu hanya dianggap limbah dapur, kini kulit telur justru membuka peluang usaha baru yang ramah lingkungan dan menjanjikan keuntungan jutaan rupiah.

Sulastri (35), ibu rumah tangga asal Sleman, tidak pernah menyangka bahwa tumpukan kulit telur bekas memasak di dapurnya akan menjadi awal dari usaha yang menghasilkan. Dengan modal ember plastik dan blender bekas, ia mulai mengolah kulit telur menjadi pupuk organik bubuk. Kini, usahanya berkembang dan meraup omzet hingga Rp4 juta per bulan dari penjualan pupuk yang dipasarkan melalui media sosial dan e-commerce.

Fenomena ini bukan kasus tunggal. Di berbagai daerah, tren mengolah limbah kulit telur menjadi produk bernilai ekonomi semakin menjamur. Banyak pelaku UMKM mulai menyadari bahwa limbah rumah tangga bisa disulap menjadi peluang bisnis, terutama karena meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup hijau dan pertanian urban.

“Permintaan pupuk organik meningkat, apalagi dari konsumen rumahan yang merawat tanaman hias. Mereka cari produk yang alami dan aman,” ujar Sulastri. Kulit telur dikenal mengandung kalsium karbonat, yang sangat baik untuk menyuburkan tanah, memperbaiki pH, dan memperkuat tanaman dari serangan penyakit.

Bisnis Sederhana, Pasar Menjanjikan

Tak hanya pupuk, kulit telur juga dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Peternak ayam dan ikan menggunakan bubuk kulit telur untuk meningkatkan kandungan kalsium dalam pakan. Harga jualnya pun menarik: Rp3.000–Rp5.000 per kilogram, tergantung kualitas dan kebersihan.

“Banyak pelaku katering dan warung makan kini menjual kulit telur mereka ke pengepul. Ini simbiosis yang saling menguntungkan dan mengurangi limbah organik yang terbuang,” jelas Ari Wijaya, pengelola komunitas Zero Waste di Bandung.

Read More  Jungkook BTS Akui Alami ADHD, Ini yang Perlu Diketahui Tentang Gangguan Ini

Di sisi lain, potensi kreatif juga tak kalah menarik. Sejumlah pengrajin mulai memanfaatkan pecahan kulit telur sebagai bahan seni mozaik, pembuatan pigura, hingga hiasan dinding. Produk berbasis kerajinan ini bahkan telah menembus pasar ekspor kecil ke Malaysia dan Singapura melalui platform digital.

Tren urban farming dan minat masyarakat terhadap produk berkelanjutan menjadi katalis pertumbuhan bisnis kulit telur. Banyak komunitas tani kota dan penggemar tanaman hias mulai mencari alternatif pupuk alami. Di saat bersamaan, naiknya harga pupuk kimia menjadikan pupuk kulit telur sebagai pilihan menarik.

“Kulit telur yang selama ini dibuang begitu saja ternyata punya potensi luar biasa jika kita mau mengolahnya,” ujar Ahmad Zulkarnain, dosen pertanian di Universitas Jenderal Soedirman. Ia menyebut bahwa pendekatan ekonomi sirkular seperti ini bisa menjadi jalan keluar dari dua masalah sekaligus: limbah organik dan kebutuhan pertanian berkelanjutan.

Dalam beberapa tahun ke depan, bisnis berbasis limbah seperti kulit telur diprediksi akan tumbuh seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap produk ramah lingkungan. Pemerintah daerah dan kementerian UMKM bahkan mulai menjajaki dukungan pelatihan dan bantuan alat sederhana untuk pengolahan limbah dapur.

Kulit telur yang dulu dibuang begitu saja, kini berubah menjadi komoditas baru. Dengan kreativitas, kesabaran, dan pemasaran digital yang tepat, peluang cuan dari sisa sarapan pagi ini bisa menjadi sumber penghasilan yang nyata

Back to top button