HealthcareUpdate News

Fenomena Umur Panjang di Jepang, Hampir 100 Ribu Warga Berusia 100 Tahun

Jumlah centenarian (usia 100 tahun ke atas) di Jepang kini mencapai rekor baru yaitu 99.763 orang, menunjukkan tren panjang umur yang terus meningkat selama 55 tahun terakhir.

Fenomena umur panjang di Jepang kembali mencuri perhatian dunia setelah data terbaru Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan (MHLW) Jepang mencatat jumlah penduduk berusia di atas 100 tahun menembus hampir 100 ribu orang pada 2025. Angka ini sekaligus menegaskan Jepang sebagai salah satu negara dengan rasio centenarian tertinggi di dunia.

Data resmi pemerintah menyebutkan, hingga September 2025, terdapat lebih dari 98.000 penduduk Jepang yang berusia 100 tahun ke atas, dengan mayoritas adalah perempuan. Tren peningkatan jumlah centenarian di Jepang sudah terjadi sejak lima dekade terakhir. Pada 1963, jumlahnya hanya 153 orang. Namun, pada 1998 melonjak menjadi lebih dari 10 ribu orang, dan kini hampir menembus angka 100 ribu.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apa rahasia umur panjang orang Jepang? Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa faktor pola makan, gaya hidup, hingga akses layanan kesehatan menjadi kunci utama. Masyarakat Jepang terbiasa mengonsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat, seperti ikan, sayuran, kedelai, dan teh hijau. Pola makan tradisional yang disebut washoku bahkan sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda karena dinilai mendukung kesehatan tubuh.

Selain itu, budaya aktif secara fisik juga sangat menonjol dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang. Banyak lansia yang tetap terbiasa berjalan kaki, bersepeda, atau melakukan aktivitas ringan meski sudah berusia lanjut. Rasa kebersamaan dan keterhubungan sosial yang kuat juga dianggap sebagai faktor penting yang menjaga kesehatan mental sekaligus menurunkan risiko depresi pada usia tua.

Read More  Ekonomi Indonesia 2025: Kelas Menengah Terjepit, Konsumsi Turun, Warga Sulit Dapat Kerja

Dari sisi kesehatan modern, Jepang memiliki sistem layanan kesehatan yang merata dan mudah diakses. Pemerintah juga gencar mendorong program pemeriksaan kesehatan rutin sehingga penyakit dapat terdeteksi lebih dini. Dukungan teknologi kesehatan dan program perawatan lansia semakin memperkuat kualitas hidup kelompok usia lanjut.

Namun, di balik prestasi ini, Jepang menghadapi tantangan besar berupa penuaan populasi yang cepat. Jumlah penduduk usia produktif semakin berkurang, sementara jumlah lansia terus meningkat. Kondisi ini memengaruhi ekonomi, pasar tenaga kerja, hingga sistem jaminan sosial. Pemerintah Jepang pun tengah mencari solusi agar masyarakat lansia tetap dapat berkontribusi, misalnya dengan memperpanjang usia pensiun atau mendorong keterlibatan lansia dalam kegiatan sosial dan komunitas.

Fenomena umur panjang di Jepang bisa menjadi pelajaran bagi banyak negara, termasuk Indonesia, yang kini mulai menghadapi transisi demografi. Dengan pola hidup sehat, asupan makanan bergizi, serta dukungan sistem kesehatan yang memadai, usia panjang bukanlah hal mustahil. Meski begitu, tantangan keseimbangan antara kesehatan, ekonomi, dan kualitas hidup tetap menjadi isu penting yang harus dikelola dengan baik.

Back to top button