TechnoUpdate News

Google Mulai Goyah, AI Ancam Dominasi Mesin Pencari

Dominasi Google sebagai mesin pencari global mulai retak, seiring maraknya penggunaan asisten AI yang menawarkan jawaban instan dan kontekstual.

Di tengah lalu lintas digital yang semakin padat, satu fakta mengejutkan muncul ke permukaan: dominasi Google sebagai mesin pencari utama dunia mulai terguncang. Data terbaru per April 2025 mencatat pangsa pasar Google Search turun ke angka 89,66%—terendah sejak satu dekade terakhir. Penurunan ini beriringan dengan meroketnya penggunaan asisten AI seperti ChatGPT, Gemini, dan Meta AI yang kini semakin menjadi andalan masyarakat global dalam mencari informasi.

Menurut laporan dari Exploding Topics, Google memproses sekitar 13,6 miliar pencarian per hari. Namun, model pencarian berbasis tautan yang diandalkan selama ini mulai ditinggalkan, terutama oleh Gen Z dan milenial muda. Mereka lebih memilih jawaban instan yang langsung menjawab pertanyaan, tanpa harus membuka banyak laman web.

“Kita sedang menyaksikan perubahan besar dalam cara manusia berinteraksi dengan internet,” ujar Dr. Yohan Arif, pakar teknologi digital dari Universitas Indonesia. “Asisten AI kini menjadi interface baru, bukan hanya alat bantu. Ini menggeser Google dari posisi sebagai gerbang utama informasi.”

Kehadiran ChatGPT dari OpenAI, yang kini memiliki lebih dari 400 juta pengguna aktif mingguan, menjadi salah satu pendorong utama perubahan ini. Di Indonesia sendiri, data GoodStats menunjukkan 71% responden aktif menggunakan ChatGPT, jauh melampaui Gemini dari Google yang hanya mencatat 34%.

“Kami melihat lonjakan trafik signifikan di platform berbasis AI. Pengguna menyukai percakapan dua arah, bukan sekadar keyword search,” ungkap Yovita Gunawan, analis teknologi dari Lembaga Riset Digital Nusantara. “Google sebetulnya tidak tinggal diam, tapi respons mereka masih terlihat terlalu hati-hati.”

Read More  RedDoorz Resmi Jadi Mitra Akomodasi KONI Tangsel, Dukung Sport Tourism Nasional

Google sendiri telah merilis fitur AI Overviews yang kini menjangkau lebih dari 1,5 miliar pengguna bulanan. Meski begitu, banyak pihak menilai langkah ini belum cukup mengimbangi laju inovasi yang ditawarkan oleh OpenAI dan pesaing lainnya.

Perubahan lanskap ini bukan sekadar persaingan teknologi, melainkan juga soal preferensi dan pengalaman pengguna. Asisten AI tidak hanya menjawab, tapi juga memahami konteks, menyimpan histori percakapan, bahkan membantu menyusun dokumen atau kode pemrograman.

“Jika Google ingin tetap relevan, mereka harus mendefinisikan ulang peran search engine di era AI,” tutup Dr. Yohan Arif. “Bukan hanya memberi hasil pencarian, tapi menjadi mitra berpikir pengguna.”

Tahun 2025 bisa menjadi momen penting dalam sejarah internet: akhir dari dominasi mesin pencari tradisional, dan awal dari era kecerdasan buatan sebagai pintu utama menuju informasi.

Back to top button