FintalkUpdate News

Harga Bitcoin Terkoreksi Usai Keputusan The Fed

Keputusan The Fed mempertahankan suku bunga memicu aksi koreksi di pasar kripto, tapi dominasi Bitcoin yang menurun bisa membuka peluang bagi altcoin.

Keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%–4,50% pada Rabu (30/7) memberi dampak langsung ke pasar keuangan global, termasuk aset kripto. Ini adalah kelima kalinya The Fed menahan suku bunga, meski Presiden AS Donald Trump terus mendesak penurunan bunga demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral masih berhati-hati dalam mengambil langkah tambahan karena ketidakpastian ekonomi, termasuk dampak tarif impor yang diberlakukan pemerintah AS. Powell menyebut situasi saat ini sebagai “awal dari inflasi tarif”, dan menekankan pentingnya data ekonomi lanjutan sebelum menentukan arah kebijakan moneter berikutnya.

Pasar keuangan merespons dengan moderat. Indeks Dow Jones naik 0,06%, Nasdaq menguat 0,5%, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun AS menyentuh 4%. Di pasar kripto, Bitcoin (BTC) sempat turun ke level US$117.500 (sekitar Rp1,93 miliar), sebelum pulih ke US$118.000 (Rp1,94 miliar).

Menurut Fyqieh Fachrur, analis dari Tokocrypto, koreksi ini terjadi karena ekspektasi penurunan suku bunga pada September menurun dari 63,7% menjadi 47,1% berdasarkan data CME FedWatch.

“Bitcoin masih dalam tren naik secara struktur makro. Koreksi saat ini wajar dan menunjukkan investor masih wait and see terhadap kondisi makro,” kata Fyqieh.

Ia menambahkan, jika BTC mampu bertahan di atas support kunci US$115.780 (Rp1,9 miliar), maka potensi reli ke rekor harga baru di kisaran US$126.000–US$130.000 (Rp2 miliar–Rp2,1 miliar) masih terbuka. Namun, bila support ini tembus, harga bisa terkoreksi lebih dalam hingga US$113.800.

Read More  Kemacetan Jakarta Mulai Terkendali, Kerugian Ekonomi dan Kesehatan Masih Jadi PR Besar

Menariknya, dominasi pasar Bitcoin terhadap total kapitalisasi kripto mengalami penurunan signifikan hingga 7% dalam sebulan terakhir. Pola ini menyerupai formasi falling wedge yang terjadi pada 2021 sebelum reli altcoin besar-besaran (altseason) dimulai.

“Kalau tren ini bertahan, dominasi BTC bisa turun ke 52% dalam waktu dekat. Ini membuka ruang bagi altcoin seperti Ethereum, Solana, dan XRP untuk mencuri perhatian investor,” jelas Fyqieh.

Data dari Glassnode menunjukkan bahwa volume perdagangan berjangka Ethereum bahkan telah melampaui Bitcoin untuk pertama kalinya sejak akhir 2022.

Meski begitu, Indeks Altseason dari Blockchain Center masih di angka 37, menandakan musim altcoin belum dimulai sepenuhnya.

Fokus pasar kripto selanjutnya tertuju pada rilis data Personal Consumption Expenditure (PCE), indikator inflasi favorit The Fed. Jika angka PCE lebih rendah dari ekspektasi 0,3%, pasar bisa merespons positif karena membuka peluang pelonggaran kebijakan moneter lebih cepat.

“Volatilitas akan tetap tinggi beberapa hari ke depan menjelang rilis data PCE. Investor perlu disiplin dalam manajemen risiko dan terus memantau harga secara aktif,” tutup Fyqieh.

Back to top button