Hari Jantung Sedunia: Kasus Jantung Koroner di Indonesia Meningkat, Obesitas Jadi Pemicu
Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi jantung koroner di Indonesia terus meningkat dengan obesitas sebagai pemicu utama, menjelang peringatan Hari Jantung Sedunia 29 September.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menegaskan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia terus menunjukkan peningkatan, terutama akibat faktor obesitas yang makin marak. Menurut data Cardio Update 2024 milik Kementerian Kesehatan, kasus penyakit jantung di Indonesia telah mencapai sekitar 21,2 juta orang, menjadikan kondisi ini sebagai beban kesehatan yang signifikan.
Menjelang Hari Jantung Sedunia yang diperingati setiap 29 September, pernyataan ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan masyarakat soal pentingnya menjaga organ jantung. Pada kesempatan tersebut, Kemenkes mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk merespon fakta bahwa obesitas â kondisi kelebihan lemak tubuh yang terus meningkat â menjadi salah satu penyebab utama gangguan jantung. Obesitas memicu akumulasi plak di dinding arteri, meningkatkan tekanan darah, dislipidemia, dan memicu peradangan, semua faktor risiko penyakit jantung koroner.
Selain faktor obesitas, gaya hidup tidak sehat seperti pola makan tinggi lemak jenuh, gula, garam berlebih, kurang bergerak, stres kronis, merokok, dan tekanan darah tinggi juga turut memperparah risiko penyakit jantung. Kemenkes menyebut bahwa penyakit kardiovaskular â termasuk jantung dan stroke â menyebabkan lebih dari 651.481 kematian per tahun di Indonesia.
Jumlah pasien jantung di Indonesia juga menunjukkan tren mengkhawatirkan di kalangan usia produktif. Data SKI 2023 menunjukkan kelompok usia 25â34 tahun mendominasi jumlah penderita jantung dengan 140.206 orang. Situasi ini menegaskan bahwa penyakit jantung bukan hanya masalah lansia, melainkan tantangan kesehatan generasi muda pula.
Untuk menanggulangi obesitas â penyebab signifikan gangguan jantung â Kemenkes merekomendasikan sejumlah langkah preventif yang bisa diimplementasikan masyarakat. Rekomendasi tersebut meliputi: mengatur pola makan sehat dengan gizi seimbang dan defisit kalori, membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak jenuh, meningkatkan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, mengubah perilaku makan berlebih, serta konsultasi medis jika Indeks Massa Tubuh (IMT) sudah melewati ambang batas.
Selain itu, masyarakat disarankan untuk selalu memeriksa tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah secara rutin. Deteksi dini kondisi seperti hipertensi dan dislipidemia menjadi kunci agar gangguan jantung bisa dicegah sejak awal. Kemenkes juga mendorong program edukasi kesehatan jantung di sekolah, kantor, dan komunitas agar pengetahuan tentang jantung sehat semakin meluas.
Dengan meningkatnya kesadaran dan tindakan preventif terhadap obesitas dan risiko jantung, peringatan Hari Jantung Sedunia menjadi lebih dari seremoni. Momen ini bisa menjadi titik balik agar masyarakat Indonesia lebih peduli terhadap gaya hidup sehat, demi menjaga organ jantung â mesin vital tubuh â agar tetap berfungsi optimal hingga usia tua.





