HealthcareUpdate News

Kasus Stunting, Tantangan dan Upaya Menekan Angka Prevalensi

Stunting masih menjadi tantangan besar di Indonesia, dengan angka prevalensi 21,5% pada 2025, berbagai upaya terus dilakukan untuk menekannya.

Di sebuah desa di Kabupaten Bangka, seorang ibu muda tampak cemas saat membawa anaknya ke posyandu. Balita berusia dua tahun itu mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan teman-teman seusianya. “Saya sudah berusaha memberikan makanan bergizi, tapi tetap saja berat badannya kurang,” ujar sang ibu dengan nada khawatir.

Fenomena ini bukanlah kasus tunggal. Stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia, terutama di daerah dengan akses terbatas terhadap pangan bergizi dan layanan kesehatan. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi stunting nasional pada 2025 masih berada di angka 21,5%, meskipun mengalami penurunan dari 30,8% pada 2018. Pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14,4% pada tahun 2029 dan 5% pada tahun 2045 sebagai bagian dari strategi nasional.

Perlu dipahami, stunting bukan sekadar masalah tinggi badan. Menurut Dr. Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, dampak jangka panjang dari stunting jauh lebih serius.

“Anak-anak yang mengalami stunting berisiko memiliki keterbelakangan mental, kesulitan belajar, serta rentan terhadap penyakit kronis di masa dewasa,” jelasnya dalam sebuah seminar kesehatan di Jakarta.

Selain itu, stunting juga berdampak pada produktivitas ekonomi. Studi dari Bank Dunia menunjukkan bahwa negara dengan angka stunting tinggi mengalami penurunan potensi ekonomi hingga 3% dari PDB akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Pemerintah telah menetapkan target ambisius untuk menurunkan angka stunting menjadi 14,4% pada 2029 dan 5% pada 2045 sebagai bagian dari strategi nasional. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain: Program Makan Bergizi Gratis bagi anak-anak sekolah dan balita. Pembangunan Posyandu dan fasilitas kesehatan di daerah dengan angka stunting tinggi. Serta, edukasi bagi ibu hamil dan menyusui tentang pentingnya gizi seimbang.

Read More  Motor Matik Rawan Rem Blong, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Menurut Wali Kota Sorong, Septinus Lobat, keberadaan posyandu sangat penting dalam menekan angka stunting. “Posyandu bukan sekadar tempat pemeriksaan kesehatan, tetapi juga pusat edukasi bagi ibu-ibu agar memahami pentingnya gizi bagi anak-anak mereka,” ujarnya saat meresmikan Posyandu St. Lucia di Papua Barat Daya.

Peran Masyarakat Menekan Stunting

Selain pemerintah, masyarakat juga memiliki peran besar dalam mengatasi stunting. Kesadaran keluarga untuk menciptakan lingkungan sehat menjadi faktor penting dalam menurunkan angka stunting.

Menurut Abraham Tulung, General Manager Habitat for Humanity Indonesia, perbaikan kondisi tempat tinggal dan akses sanitasi yang layak dapat membantu mengurangi stunting. “Dengan menyediakan rumah aman, air bersih, serta pendidikan kesehatan, keluarga bisa menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak-anak mereka,” jelasnya.

Stunting masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia, tetapi dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, angka prevalensi dapat terus ditekan. Program nasional yang berfokus pada gizi, sanitasi, dan edukasi menjadi kunci utama dalam menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif.

Back to top button