Kebiasaan Sehari-hari yang Tak Disadari Bisa Membuat Otak Menyusut
Tanpa disadari, beberapa kebiasaan kecil dalam keseharian bisa mempercepat proses penyusutan otak atau brain shrinkage. Kondisi ini bukan hanya menurunkan daya ingat dan konsentrasi, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer.
Otak manusia adalah pusat kendali tubuh yang mengatur hampir semua fungsi vital, mulai dari berpikir, mengingat, hingga mengendalikan emosi. Namun seiring bertambahnya usia, volume otak secara alami akan menurun. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan istilah penyusutan otak atau brain atrophy.
Menurut dr. Natasya Puspita, Dokter Spesialis Saraf dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, penyusutan otak terjadi ketika sel-sel saraf mengalami kerusakan atau mati sehingga koneksi antarbagian otak melemah. âProses penuaan memang membuat volume otak berkurang, tetapi gaya hidup yang tidak sehat dapat mempercepat terjadinya penyusutan ini bahkan pada usia produktif,â jelasnya.
Salah satu faktor terbesar adalah kurang tidur kronis. Ketika seseorang sering tidur kurang dari enam jam per malam, otak kehilangan kesempatan untuk melakukan proses detoksifikasi alami dan regenerasi sel. Bagian hippocampusâyang berfungsi menyimpan memori jangka panjangâakan mengalami penurunan fungsi. Akibatnya, seseorang menjadi mudah lupa dan sulit fokus.
Kebiasaan jarang berolahraga juga memberi dampak signifikan. Aktivitas fisik terbukti dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak, membantu pembentukan sel saraf baru, serta memperlambat proses penuaan otak. Sebaliknya, gaya hidup pasif membuat otak kehilangan stimulasi yang dibutuhkan untuk mempertahankan elastisitas neuron.
Selain itu, konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak jaringan otak secara langsung. Alkohol menurunkan kepadatan white matterâbagian otak yang menghubungkan berbagai area dan memungkinkan komunikasi antar sel saraf. Dalam jangka panjang, kemampuan berpikir, berkonsentrasi, dan mengendalikan emosi pun bisa menurun drastis.
Stres berkepanjangan juga menjadi penyebab yang sering diabaikan. Saat stres, tubuh memproduksi hormon kortisol dalam jumlah tinggi. Jika terus-menerus terjadi, kortisol akan mengganggu koneksi antar neuron dan mengakibatkan penyusutan pada area prefrontal cortex, bagian otak yang mengatur pengambilan keputusan dan kontrol diri. âKita sering berpikir stres hanya berdampak pada emosi. Padahal, jika dibiarkan, stres kronis bisa memicu perubahan struktur otak yang bersifat permanen,â tambah dr. Natasya.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pola makan. Asupan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh berlebihan menyebabkan peradangan yang merusak sel saraf. Sementara makanan tinggi antioksidan, seperti ikan berlemak, sayur hijau, buah beri, dan kacang-kacangan, justru membantu melindungi otak dari kerusakan.
Beberapa tanda penyusutan otak yang sering muncul antara lain mudah lupa, sulit berkonsentrasi, perubahan suasana hati yang ekstrem, hingga reaksi tubuh yang melambat. Bila gejala ini terjadi terus-menerus, pemeriksaan ke dokter saraf sangat disarankan untuk memastikan kondisi otak dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
dr. Natasya menegaskan, penyusutan otak bukanlah hal yang tak bisa dicegah. Menurutnya, menjaga pola tidur cukup, rutin berolahraga, memperbanyak konsumsi makanan bergizi, serta aktif bersosialisasi adalah kunci utama untuk mempertahankan kesehatan otak. âOtak seperti otot â jika tidak digunakan dengan benar, akan melemah. Tapi dengan latihan dan kebiasaan sehat, fungsinya bisa terus terjaga bahkan hingga usia lanjut,â ujarnya.





