Safe and SecureUpdate News

Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerja Jadi Penyumbang Disabilitas Terbesar di Indonesia

PPDI mengungkap kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja sebagai penyebab utama disabilitas baru di Indonesia, memperingatkan perlunya upaya pencegahan dan rehabilitasi yang lebih serius.

Di tengah gencarnya inovasi teknologi untuk membangun kota pintar dan transportasi masa depan, realitas di lapangan masih kelam: kecelakaan terus menjadi penyebab utama lahirnya disabilitas baru di Indonesia. Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) mencatat, sebagian besar anggota baru komunitas disabilitas kehilangan kemampuan fisik akibat kecelakaan, terutama di jalan raya dan tempat kerja.

Dalam laporan terbarunya, PPDI menyoroti bahwa mayoritas penyandang disabilitas berasal dari kecelakaan. “Masalah ini bukan hanya tentang angka, tetapi tentang masa depan mereka yang tiba-tiba berubah dalam hitungan detik,” kata Norman Yulian, Ketua Umum PPDI, MInggu (24/8).

Data Yayasan Surya Kebenaran Internasional (YSKI) mendukung temuan ini. Mereka mencatat 85–90% penyandang disabilitas yang mereka dampingi mengalami kehilangan anggota tubuh akibat kecelakaan lalu lintas. Di sisi lain, Local Initiative for Occupational Safety and Health Network (LION) mencatat 234.000 kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja sepanjang 2021, banyak di antaranya berujung disabilitas permanen.

Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa kecelakaan, cedera, atau kekerasan menyumbang 26% penyebab disabilitas baru di Indonesia, dan ini merupakan faktor kedua terbesar setelah penyakit (59 %)

“Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai persoalan ini harus dilihat sebagai sinyal darurat. “Faktor manusia masih jadi pemicu utama kecelakaan di jalan raya. Mulai dari kelelahan, melanggar aturan, hingga kurangnya kesadaran akan keselamatan. Infrastruktur dan regulasi juga perlu dievaluasi,” jelas Djoko. Menurutnya, teknologi seperti big data dan AI bisa dimanfaatkan untuk memprediksi titik rawan kecelakaan, sekaligus meningkatkan respon cepat saat kecelakaan terjadi.

Read More  AI Masa Depan: Bandingkan Kehebatan ChatGPT-4, Gemini, Capitol, dan GPT-5

Selain kecelakaan lalu lintas dan kerja, cedera olahraga juga menyumbang angka disabilitas, meski porsinya lebih kecil. Cedera ligamen atau patah tulang yang tidak tertangani dengan cepat bisa berujung cacat permanen, terutama pada atlet muda atau pekerja informal yang minim akses layanan kesehatan.

Bagi korban, rehabilitasi sering menjadi tantangan tersendiri. Selain biaya yang tinggi, akses terhadap alat bantu modern seperti prostetik berbasis AI atau program pelatihan kerja lanjutan masih terbatas. “Kita perlu mengubah cara pandang. Penyandang disabilitas bukan beban, mereka bagian dari masa depan yang produktif. Tugas kita memastikan mereka punya akses untuk bangkit,” tambah Norman Yulian.

Fenomena ini menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan membangun sistem pencegahan yang lebih canggih. Mulai dari teknologi kendaraan yang lebih aman, integrasi sistem transportasi, hingga pelatihan keselamatan di tempat kerja, semuanya kini menjadi kebutuhan mendesak. Di era digital ini, data besar dan AI seharusnya bukan hanya alat komersial, tapi juga senjata untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan masa depan.

Back to top button