Kecepatan Evakuasi Bisa Turunkan Fatalitas Kecelakaan, Ungkap Jasa Raharja
Jasa Raharja menekankan, semakin cepat korban kecelakaan dievakuasi ke fasilitas kesehatan, semakin besar peluang mereka untuk selamat.

Kecepatan penanganan korban kecelakaan lalu lintas menjadi penentu utama antara hidup dan mati. Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Jasa Raharja, Harwan Muldidarmawan, menegaskan bahwa semakin cepat korban kecelakaan dievakuasi ke fasilitas kesehatan, semakin besar peluang mereka untuk bertahan hidup. Dalam ajang Heli Expo Asia (HEXIA) 2025 di Tangerang, ia mencontohkan banyak daerah yang kesulitan memberikan pertolongan cepat karena akses yang terbatas. Di beberapa wilayah Kalimantan, misalnya, korban harus diangkut menggunakan perahu selama tiga hingga empat jam untuk mencapai rumah sakit. Kondisi ini membuat banyak nyawa tak tertolong hanya karena penanganan medis datang terlambat.
Data kecelakaan lalu lintas di Indonesia menunjukkan skala masalah yang mengkhawatirkan. Sepanjang 2024 tercatat lebih dari 205 ribu kasus kecelakaan, dengan hampir 27 ribu korban meninggal dunia. Tahun sebelumnya, angkanya bahkan lebih tinggi dengan lebih dari 152 ribu kecelakaan dan 27 ribu kematian, yang berarti setiap jam selalu ada korban jiwa di jalan raya. Memasuki paruh pertama 2025, ada penurunan angka kecelakaan menjadi sekitar 70 ribu kasus dari 72 ribu pada periode yang sama tahun sebelumnya, sementara korban meninggal turun hampir 18 persen menjadi 11.262 orang. Meski tren ini menunjukkan perbaikan, jumlah korban yang meninggal tetap sangat tinggi, apalagi mayoritas berada di usia produktif yang mestinya menjadi tulang punggung keluarga.
Menurut Harwan, sistem penanganan darurat yang cepat dan terintegrasi adalah kunci untuk menekan angka fatalitas. Ia menilai pemanfaatan layanan udara seperti Helicopter Emergency Medical Services (HEMS) bisa menjadi terobosan penting. Dengan dukungan regulasi dan pendanaan yang tepat, layanan ini dapat mengoptimalkan “golden period” yang sangat menentukan peluang hidup korban. “Korban kecelakaan tidak bisa menunggu terlalu lama. Setiap menit yang terbuang bisa berarti hilangnya satu nyawa,” ujarnya.
Jasa Raharja menilai, ke depan, perlu kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, operator transportasi, dan masyarakat untuk mempercepat respon darurat. Di satu sisi, edukasi keselamatan berlalu lintas juga harus diperkuat agar angka kecelakaan semakin menurun. Namun di sisi lain, kesiapan evakuasi cepat harus menjadi prioritas agar korban yang tak bisa dihindari tetap mendapat kesempatan terbaik untuk selamat.