Ketahanan Pangan Dimulai dari Kebun Kota
Urban farming menjadi gerakan kolektif yang memperkuat ketahanan pangan sekaligus memberdayakan masyarakat rentan melalui pendekatan berkelanjutan.

Sebagai bagian dari komitmen sosial terhadap masyarakat rentan, sebuah inisiatif urban farming dijalankan untuk menyediakan kebutuhan esensial sekaligus mendorong inklusi sosial dan ekonomi. Program ini dirancang untuk memperkuat kapasitas petani urban dan pelaku usaha kecil di sektor pangan. Dengan dukungan finansial, transfer pengetahuan teknis, dan akses pasar, urban farming berkembang menjadi gerakan bersama yang berkontribusi nyata terhadap ketahanan pangan berkelanjutan.
Krisis pangan bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang harus dihadapi saat ini. Data dari World Resources Institute menunjukkan bahwa sekitar 800 juta orang di dunia masih mengalami kelaparan. Sementara itu, produksi pangan global perlu ditingkatkan sebesar 56 persen untuk memenuhi kebutuhan populasi dunia yang terus bertambah hingga tahun 2050. Situasi ini diperburuk oleh temuan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN yang mengungkapkan bahwa 30 hingga 50 persen pangan yang diproduksi secara global justru hilang atau terbuang sebelum mencapai konsumen.
Ketahanan pangan menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan sebuah bangsa. Akses terhadap pangan yang cukup, bergizi, aman, dan terjangkau harus menjadi prioritas. Melalui inisiatif urban farming, masyarakat tidak hanya mendapatkan sumber pangan yang sehat dan berkelanjutan, tetapi juga peluang untuk meningkatkan keterampilan, kemandirian, dan daya saing ekonomi. Kolaborasi dan inovasi di tingkat komunitas diyakini mampu menjadi solusi nyata dalam menghadapi tantangan pangan masa depan.
Di Cisauk, Tangerang, kegiatan berkebun menjadi bagian dari pendekatan sistem pangangan sirkuler. Karyawan dari berbagai latar belakang aktif terlibat dalam proses menanam, memanen, dan mengolah hasil pertanian. Sayuran seperti selada, sawi, kangkung, dan labu dipanen, dibersihkan, dan dikemas untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat rentan di sekitar lokasi kebun. Bibit sayur dan tanaman herbal ditanam kembali, sementara limbah pertanian seperti kulit nanas dicacah dan diolah menjadi kompos serta pakan maggot Black Soldier Fly (BSF), yang kemudian digunakan sebagai pakan ternak berprotein tinggi. Limbah lainnya difermentasi menjadi ekoenzim, mendukung prinsip zero food waste.
Kolaborasi dengan komunitas lokal menjadi elemen penting dalam keberhasilan program ini. Dukungan terhadap kegiatan berkebun tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga melibatkan partisipasi langsung dari para karyawan yang memiliki semangat untuk menciptakan dampak positif. Pendekatan ini memperkuat nilai keberlanjutan dan memperluas jangkauan manfaat sosial dari sektor pangan.
Sebanyak 450,7 kilogram hasil panen berupa cabai rawit dan keriting, selada, kangkung, dan labu telah didistribusikan ke Yayasan Panti Asuhan Maktabul Aitam. Lembaga sosial ini memberikan pengasuhan dan pendidikan bagi anak yatim dan kurang mampu. Distribusi hasil panen menjadi bagian dari upaya holistik untuk memastikan bahwa pertanian urban memberikan manfaat langsung bagi mereka yang membutuhkan.
elama beberapa tahun terakhir, berbagai program telah dijalankan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Salah satunya adalah Food Rescue Warrior, yang mengumpulkan makanan surplus dari restoran, hotel, toko roti, dan pelaku usaha F&B lainnya untuk disortir dan disalurkan kepada masyarakat rentan. Hingga Juli 2025, program ini telah menyalurkan lebih dari 326.905 kilogram makanan.
Program lainnya adalah FoodCycle Farm, yang mengintegrasikan kegiatan bercocok tanam, pengelolaan kompos organik, dan budidaya lele dalam satu ekosistem berkelanjutan. Dengan pendekatan circular food system, empat lokasi urban farming di Cibubur, Jatiasih, Tanjung Barat, dan Cisauk telah menghasilkan panen sebesar 1.364 kilogram hingga Juli 2025.
Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan bukan hanya soal produksi, tetapi juga soal distribusi, efisiensi, dan pemberdayaan. Urban farming menjadi bukti bahwa solusi berkelanjutan dapat dimulai dari komunitas, dan bahwa setiap individu memiliki peran dalam menciptakan masa depan pangan yang lebih adil dan tangguh.