Safe and SecureUpdate News

Konslet Listrik Penyebab Utama Kebakaran di Jakarta, Ancaman yang Terus Meningkat

Kebakaran besar akibat konsleting listrik diperkirakan akan terus meningkat di kota-kota besar seperti Jakarta jika langkah pencegahan tidak segera diperkuat.

Data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menunjukkan selama paruh pertama tahun ini terjadi 371 kebakaran dengan total kerugian mencapai lebih dari Rp 200 miliar. Mayoritas kejadian tersebut, menurut laporan resmi, disebabkan oleh konsleting listrik, terutama di kawasan pemukiman padat dan pasar tradisional.

Salah satu insiden kebakaran besar yang sempat mengguncang warga Jakarta terjadi di Pasar Taman Puring pada akhir Juli 2025. Kebakaran ini menghanguskan lebih dari 500 kios dan menimbulkan kerugian material puluhan miliar rupiah. Berbagai analisis awal menyebutkan sumber api berasal dari korsleting listrik akibat instalasi yang sudah tua dan minim perawatan.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, dalam konferensi pers menyatakan, “Sebesar 90 persen kebakaran di Jakarta terjadi akibat korsleting listrik. Hal ini menjadi peringatan serius bagi kita semua, karena kebanyakan insiden tersebut terjadi karena kelalaian dalam penggunaan dan pemeliharaan instalasi listrik.”

Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan, turut menegaskan bahwa tantangan terbesar adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memeriksa dan memperbaiki instalasi listrik secara rutin. “Kami mengimbau seluruh warga untuk tidak menyepelekan risiko ini. Pemeriksaan berkala dapat mencegah terjadinya kebakaran yang bisa merenggut nyawa dan harta benda,” ujarnya.

Fenomena kebakaran akibat konsleting listrik ini juga mendapatkan perhatian dari kalangan akademisi. Rina Wijayanti, pakar kelistrikan dari Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa pertumbuhan pesat penggunaan listrik di perkotaan menuntut instalasi yang aman dan terstandarisasi. “Sayangnya, masih banyak bangunan tua dan usaha kecil yang belum memperhatikan aspek keselamatan listrik secara memadai. Teknologi deteksi dini, seperti alat pemutus arus otomatis dan sensor kebakaran berbasis Internet of Things (IoT), memiliki potensi besar untuk mengurangi risiko kebakaran di masa depan,” jelas Prof. Rina.

Read More  OJK Ungkap Dana Pinjol di Indonesia Tembus Rp87,6 Triliun, Terus Naik Tiap Tahun

Mengantisipasi kondisi ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang merancang program inspeksi instalasi listrik gratis yang menyasar wilayah-wilayah rawan kebakaran, khususnya pasar tradisional dan permukiman padat. Selain itu, pelatihan dan edukasi keselamatan listrik juga tengah digalakkan agar masyarakat lebih memahami risiko dan cara pencegahannya.

Sementara itu, beberapa startup teknologi di Jakarta mulai mengembangkan solusi inovatif berbasis IoT yang memungkinkan pemantauan kondisi listrik secara real-time dan memberikan peringatan dini jika terjadi potensi konslet. “Inovasi seperti ini sangat penting untuk masa depan perkotaan yang lebih aman,” ujar CEO salah satu startup IoT, Arya Setiawan.

Namun, menurut pengamat kebijakan publik, Indra Kusuma, semua upaya ini harus dibarengi dengan regulasi yang ketat dan penegakan hukum terhadap pemasangan instalasi listrik yang tidak sesuai standar. “Tanpa aturan yang jelas dan pengawasan yang tegas, risiko kebakaran akibat konsleting listrik akan sulit ditekan,” kata Indra.

Selain kerugian materiil, dampak sosial dan psikologis kebakaran juga tidak bisa diabaikan. Korban kebakaran seringkali kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian, yang kemudian menimbulkan masalah sosial lanjutan seperti kemiskinan dan gangguan kesehatan mental.

Jika tidak ditangani secara serius, ancaman kebakaran akibat konslet listrik dapat meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan kebutuhan listrik yang semakin tinggi. Oleh sebab itu, kesadaran kolektif, kolaborasi lintas sektor, dan penerapan teknologi pencegahan modern menjadi kunci utama agar kota besar seperti Jakarta bisa meminimalisasi risiko kebakaran yang berpotensi menimbulkan bencana besar di masa depan.

Back to top button