KRL Buatan China vs Jepang: Perbandingan Teknologi dan Keamanan untuk Penumpang
Lead: KRL buatan China mulai beroperasi di Indonesia, menggantikan beberapa unit lama buatan Jepang—mana yang lebih unggul dalam teknologi dan keamanan

Kereta rel listrik (KRL) terbaru buatan China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) resmi tiba dan mulai beroperasi di Indonesia sejak 1 Juni 2025. PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) mengoperasikan tiga rangkaian KRL baru untuk layanan Commuter Line Jabodetabek, menggantikan beberapa unit lama buatan Jepang yang telah beroperasi selama lebih dari dua dekade.
KRL baru ini memiliki nomor seri CLI-125 dan dilengkapi dengan teknologi Train Control Monitoring System (TCMS), yang memungkinkan pemantauan kondisi kereta secara real-time. Selain itu, desainnya lebih besar dengan kapasitas 3.400 penumpang per rangkaian, meningkat 8% dibandingkan KRL lama.
Menurut Asdo Artriviyanto, Direktur Utama KAI Commuter, kehadiran KRL buatan China ini membawa peningkatan dari segi kenyamanan dan teknologi. “Kereta ini memiliki sistem informasi digital yang lebih modern, kursi prioritas yang lebih banyak, serta tempat khusus untuk kursi roda di setiap gerbong,” ujarnya.
Namun, perbandingan dengan KRL sebelumnya yang buatan Jepang masih menjadi perdebatan di kalangan pengguna. KRL Jepang dikenal memiliki rekam jejak keselamatan yang sangat baik, dengan sistem pengereman otomatis yang telah teruji selama puluhan tahun. Sementara itu, KRL China menawarkan fitur keamanan terbaru, seperti sistem Anti Trap Door, yang mencegah penumpang terjepit saat pintu otomatis tertutup.
Dalam hal kenyamanan, KRL China disebut memiliki pendingin udara yang lebih baik dibandingkan KRL Jepang yang sebelumnya digunakan. Namun, beberapa pengguna tetap merasa bahwa KRL Jepang lebih kokoh dan memiliki suspensi lebih nyaman di perjalanan jauh.
KRL buatan China memiliki sejumlah fitur keamanan yang lebih canggih dibandingkan pendahulunya dari Jepang. Salah satu keunggulan utama adalah Train Control Monitoring System (TCMS), yang memungkinkan pemantauan kondisi kereta secara real-time dan meningkatkan efisiensi operasional. Selain itu, sistem Anti Trap Door mencegah penumpang terjepit saat pintu otomatis tertutup, sebuah fitur yang belum ada di KRL lama.
Sementara itu, KRL buatan Jepang dikenal dengan rekam jejak keselamatan yang sangat baik. Sistem pengereman otomatis yang telah teruji selama puluhan tahun menjadi salah satu keunggulan utama. Jepang juga menerapkan teknologi anti-gempa, yang memastikan stabilitas kereta dalam kondisi ekstrem.
KRL baru dari China memiliki kapasitas lebih besar, dengan daya tampung 3.400 penumpang per rangkaian, meningkat 8% dibandingkan KRL lama. Selain itu, desain interiornya lebih luas, dengan kursi prioritas yang lebih banyak dan tempat khusus untuk kursi roda di setiap gerbong.
Beberapa pengguna tetap merasa bahwa KRL Jepang lebih kokoh dan memiliki suspensi lebih nyaman untuk perjalanan jauh. Pendingin udara di KRL China disebut lebih baik, tetapi beberapa penumpang mengeluhkan bahwa getaran saat perjalanan lebih terasa dibandingkan KRL Jepang.
Efisiensi dan Biaya Operasional
Dari segi harga, KRL buatan China lebih murah dibandingkan Jepang, sehingga lebih banyak negara memilih teknologi China untuk proyek kereta cepat mereka. Namun, Jepang tetap unggul dalam keandalan jangka panjang, dengan sistem yang lebih tahan lama dan perawatan yang lebih mudah.
Menurut Asdo Artriviyanto, KRL baru ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan penumpang, terutama pada jam sibuk. “Kami berharap dengan adanya KRL baru ini, kenyamanan dan efisiensi perjalanan semakin meningkat,” ujarnya.
Baik KRL buatan China maupun Jepang memiliki keunggulan masing-masing. KRL China menawarkan teknologi terbaru dan kapasitas lebih besar, sementara KRL Jepang memiliki rekam jejak keselamatan yang lebih baik dan kenyamanan lebih tinggi. Dengan pengoperasian KRL baru ini, diharapkan layanan Commuter Line Jabodetabek semakin optimal dan mampu memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat.