Layang-Layang Ganggu Penerbangan, Tak Boleh Dianggap Sepele
Di balik aktivitas bermain layang-layang yang tampak sederhana, tersembunyi ancaman serius bagi keselamatan penerbangan di Indonesia.

Jakarta tak pernah benar-benar bebas dari cerita soal gangguan penerbangan akibat layang-layang. Beberapa pekan terakhir, laporan mengenai insiden tali layang-layang yang nyaris mengenai pesawat kembali mencuat di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, dan Halim Perdanakusuma, Jakarta. Fenomena ini bukan hal baru, tapi risikonya justru semakin meningkat seiring bertambahnya lalu lintas udara di wilayah perkotaan.
Kapten Bambang S. Ervan, pengamat penerbangan sekaligus mantan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, mengingatkan bahwa tali atau kerangka layang-layang yang tersangkut di bagian pesawat, terutama baling-baling atau mesin jet, dapat memicu kerusakan fatal. “Masyarakat sering tidak sadar. Mereka berpikir layang-layang itu ringan dan tidak berbahaya, padahal bagi pesawat, tali layang-layang bisa jadi jebakan maut di udara,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (14/7/2025).
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, membenarkan bahwa pihaknya rutin menerima laporan tentang gangguan benda asing di sekitar bandara, termasuk layang-layang. Berdasarkan data AirNav Indonesia, sepanjang semester pertama 2025 saja, sudah ada lebih dari 50 laporan terkait aktivitas bermain layang-layang di dekat jalur penerbangan. Sebagian besar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
“Layang-layang yang diterbangkan dekat area bandara atau jalur pesawat sangat berbahaya karena bisa mengganggu proses lepas landas dan mendarat. Bahkan, kalau mengenai mesin, potensi kerusakannya sangat serius,” kata Novie Riyanto saat diwawancara oleh media di Kantor Dirjen Perhubungan Udara, Jakarta.
Menurut Novie, selain berisiko pada mesin, layang-layang juga dapat memicu gangguan pada kaca kokpit. Jika tali atau sisa layangan tersangkut di kaca depan, visibilitas pilot bisa terganggu. Dalam situasi cuaca buruk, hal itu bisa berakibat fatal.
Ancaman ini semakin nyata karena masih banyak warga yang bermain layang-layang di kawasan pemukiman padat yang dekat dengan bandara. Bahkan di beberapa tempat, layang-layang aduan dengan kawat atau benang gelasan kerap digunakan, yang tentu saja lebih berbahaya karena bisa memotong kabel, mengenai sayap pesawat, atau bahkan melukai awak darat di bandara.
Kementerian Perhubungan telah berulang kali mengeluarkan imbauan agar masyarakat tidak menerbangkan layang-layang di sekitar area penerbangan. Sosialisasi sudah dilakukan, termasuk pemasangan rambu peringatan di area tertentu. Namun, budaya bermain layangan di ruang terbuka masih sulit dikendalikan, apalagi saat musim kemarau tiba, yang biasanya menjadi musim puncak aktivitas ini.
“Larangan sudah jelas. Di radius 15 kilometer dari bandara, semua aktivitas yang bisa membahayakan penerbangan dilarang, termasuk main layang-layang. Tapi ini harus menjadi kesadaran bersama, bukan sekadar aturan di atas kertas,” ujar Novie.
Pakar transportasi udara dari ITB, M. Ichsan Kurniawan, menilai bahwa penanganan masalah ini harus dilakukan lebih ketat dengan pendekatan teknologi dan komunitas. Ia menyarankan agar pihak berwenang memasang sistem radar mini atau drone pemantau di sekitar jalur penerbangan yang rawan gangguan. “Jangan hanya reaktif saat ada laporan. Ini harus proaktif, dengan pengawasan langsung di lapangan,” jelasnya.
Sementara itu, pengamat penerbangan Capt. Bambang S. Ervan mengusulkan agar pemerintah daerah juga dilibatkan secara aktif. Ia menilai peraturan larangan menerbangkan layang-layang di kawasan tertentu seharusnya diikuti dengan sanksi administratif yang tegas, mulai dari peringatan, denda, hingga penertiban langsung di lokasi.
Di tengah pesatnya perkembangan penerbangan domestik dan internasional di Indonesia, keselamatan tetap menjadi prioritas utama. Bukan hanya soal teknologi dan perawatan pesawat, tetapi juga soal menjaga ruang udara tetap aman dari benda-benda asing seperti layang-layang.
Karena itu, bermain layang-layang memang menyenangkan, tetapi di tempat yang salah bisa berubah menjadi bencana. Keselamatan ribuan penumpang yang melintasi udara Indonesia setiap hari seharusnya menjadi pertimbangan utama bagi siapa pun yang ingin menikmati hobi ini.