Lima Negara Pengguna AI Terbesar di Dunia, Indonesia Masih Jauh Tertinggal
Adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) terus meningkat secara global, tetapi Indonesia masih belum masuk lima besar negara dengan pengguna AI terbanyak di dunia.

Dunia kini tengah berada di titik akselerasi adopsi kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini bukan lagi sekadar inovasi masa depan, tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di berbagai negara. Dari pabrik, kantor, layanan pelanggan, hingga aplikasi sehari-hari, AI kini bekerja di balik layar, mempercepat pekerjaan dan menciptakan efisiensi baru.
Data terbaru dari Statista dan laporan World Economic Forum 2025 mencatat, lima negara teratas pengguna AI saat ini adalah Amerika Serikat, China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Kelimanya berlomba mengintegrasikan AI di berbagai sektor, mulai dari industri manufaktur hingga layanan kesehatan.
Amerika Serikat masih memimpin dengan 60% perusahaan dan institusi aktif menerapkan teknologi AI. Di Negeri Paman Sam, penggunaan AI sudah menjadi bagian dari strategi bisnis utama, baik untuk analisis data besar (big data), pengembangan layanan chatbot, maupun otomatisasi proses kerja.
China menyusul di posisi kedua dengan adopsi AI mencapai 50%. Negeri Tirai Bambu memanfaatkan AI secara masif di bidang pengawasan berbasis pengenalan wajah (face recognition), logistik otomatis, hingga e-commerce.
India menempati peringkat ketiga dengan 40% adopsi AI, terutama untuk layanan pendidikan berbasis digital, pengembangan aplikasi kesehatan, dan layanan konsumen. Di posisi keempat ada Jepang, dengan 35% penggunaan AI, yang banyak diaplikasikan di sektor robotika, perawatan lansia, serta otomotif. Korea Selatan berada di urutan kelima dengan 30% adopsi AI, fokus pada industri teknologi dan pabrik pintar (smart factory).
Bagaimana dengan Indonesia?
“Indonesia saat ini menempati peringkat ke-12 pengguna AI global. Sekitar 15% perusahaan sudah mulai mengadopsi AI, meski skalanya masih terbatas,” ujar Dr. Richardus Eko Indrajit, pakar teknologi informasi dan Ketua Umum APTIKOM, saat dihubungi Minggu (14/7/2025).
Menurut Eko, Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang dalam pemanfaatan AI, apalagi dengan jumlah penduduk yang mencapai 286 juta jiwa. Namun, tantangannya ada pada kesiapan infrastruktur digital, literasi teknologi, dan regulasi yang mengatur pemanfaatan AI secara etis.
Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (CISSReC), Dr. Pratama Persadha, juga mengingatkan bahwa pertumbuhan penggunaan AI harus diimbangi dengan perhatian pada keamanan data.
“Kecerdasan buatan bekerja dengan data. Semakin banyak data yang dikumpulkan, semakin besar risikonya jika keamanan siber tidak kuat. Kita perlu menyiapkan sistem keamanan yang sejalan dengan perkembangan teknologi AI,” ujar Pratama.
Saat ini, pemerintah Indonesia melalui Kominfo dan BRIN tengah mendorong kolaborasi dengan pelaku industri untuk mempercepat adopsi AI. Beberapa startup lokal mulai mengembangkan layanan berbasis AI di bidang kesehatan, keuangan, hingga pertanian.
“AI bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat transformasi digital. Tapi kita juga harus memastikan agar teknologi ini tidak memperlebar jurang ketimpangan,” tambah Eko.
Dalam lima tahun ke depan, adopsi AI di Indonesia diprediksi akan meningkat pesat, terutama dengan semakin terjangkaunya teknologi dan dorongan inovasi di kalangan generasi muda. Namun, literasi digital, penguatan keamanan data, dan regulasi yang adaptif menjadi kunci agar Indonesia bisa bersaing di level global.
5 Negara Pengguna AI Terbesar di Dunia (2025)
- Amerika Serikat – 60% adopsi AI aktif
- China – 50% adopsi AI aktif
- India – 40% adopsi AI aktif
- Jepang – 35% adopsi AI aktif
- Korea Selatan – 30% adopsi AI aktif
Sumber data: Statista dan World Economic Forum 2025