FintalkUpdate News

Masyarakat Semakin Sulit Bayar Cicilan, Ekonomi Rumah Tangga Mulai Tertekan

Sekarang, lebih banyak keluarga yang mulai kesulitan bayar cicilan kendaraan, paylater, hingga pinjol.

Tekanan ekonomi yang selama ini terasa samar kini mulai mencuat menjadi fakta: masyarakat Indonesia makin banyak yang kesulitan membayar cicilan, mulai dari motor, mobil, hingga pinjaman online dan paylater. Situasi ini menandai alarm serius bagi stabilitas rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, menyebut fenomena ini sebagai “lampu kuning dari kondisi riil ekonomi.” Menurutnya, cicilan yang macet menjadi tanda bahwa daya beli masyarakat benar-benar tertekan. Pernyataan itu sejalan dengan data PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) yang menunjukkan kenaikan rasio kredit bermasalah pada semester pertama 2025. Angkanya meningkat dari 1,42% menjadi 1,48%. Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman, menegaskan bahwa pelemahan daya beli adalah pemicu utama yang mendorong masyarakat semakin sulit membayar cicilan kendaraan.

Fakta di lapangan juga mengonfirmasi hal tersebut. Pemilik Focus Motor Group, Agustinus, menyampaikan bahwa bukan hanya nasabah baru yang menunggak cicilan, melainkan juga konsumen lama yang sebelumnya lancar membayar angsuran. “Kalau orang yang udah dua tahun lancar tiba-tiba macet, berarti memang banyak yang mungkin kena PHK atau bisnisnya drop,” ujarnya. Pernyataan itu menggambarkan bagaimana gelombang kesulitan ekonomi mulai meluas hingga memukul segmen konsumen yang dianggap mapan.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di sektor kredit kendaraan, tetapi juga menjalar ke ranah pinjaman digital. Survei terbaru menunjukkan bahwa penggunaan paylater telah mencapai 66%, sementara pinjaman online menyentuh 25% pengguna aktif. Dari angka tersebut, banyak yang kini terjerat cicilan macet dan menunggak pembayaran. Kondisi ini mengindikasikan bahwa masyarakat kian bergantung pada utang untuk mempertahankan gaya hidup maupun kebutuhan sehari-hari.

Read More  Anjani Sekar Arum, Membatik Harapan di Kaki Gunung

Jika situasi ini dibiarkan, dampaknya bisa merembet lebih jauh. Ekonom menilai potensi penurunan konsumsi rumah tangga akan menekan pertumbuhan sektor riil, khususnya otomotif yang selama ini menjadi salah satu penggerak ekonomi. Selain itu, lonjakan kredit macet juga berpotensi mengguncang stabilitas sistem keuangan.

Bhima Yudhistira menegaskan, tanpa intervensi yang jelas dari pemerintah dan lembaga keuangan, seperti edukasi literasi finansial maupun program restrukturisasi, mayoritas keluarga akan semakin tertekan dan rawan kehilangan daya tahan menghadapi ketidakpastian ekonomi ke depan.

Back to top button