Nano Plastik Ditemukan dalam Sayuran, Mikroplastik di Tubuh Orang Indonesia Tinggi
Untuk pertama kalinya, peneliti mendeteksi nano plastik dalam sayuran, sementara data menunjukkan kandungan mikro plastik dalam tubuh orang Indonesia sudah tergolong tinggi.
Penelitian terkini memperlihatkan bahwa nano plastik kini telah berhasil ditemukan dalam sayuran yang dikonsumsi manusia, sebuah langkah baru dalam pemahaman risiko plastik terhadap kesehatan. Nano plastik adalah partikel plastik yang lebih kecil dari mikroplastik, dan kemampuannya menembus jaringan tumbuhan membuatnya mudah memasuki rantai makanan manusia.
Berita ini sangat relevan karena data menunjukkan bahwa konsumsi mikroplastik oleh masyarakat Indonesia sudah tergolong tinggi. Berdasarkan studi yang dipublikasikan di jurnal Environmental Science & Technology dan dilaporkan oleh berbagai media, orang Indonesia diperkirakan menelan sekitar 15 gram mikroplastik per bulan â setara dengan ukuran tiga kartu ATM. Angka ini jauh melebihi rata-rata banyak negara lain dan menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan paparan mikroplastik paling tinggi di dunia.
Selain melalui makanan dan minuman, penelitian kolaboratif antara Greenpeace Indonesia dan Universitas Indonesia menemukan bahwa hampir 95% sampel darah, urin, dan feses peserta penelitian mengandung mikroplastik. Di dalam darah, kadar mikroplastik yang terukur berkisar antara 0 sampai 7,35 partikel per gram; dalam urin antara sekitar 0 sampai 0,33 partikel per mililiter; dan dalam feses antara 0 sampai 44,35 partikel per gram sampel.
Mengingat nano plastik sekarang juga terdeteksi dalam sayuran, kombinasi paparan melalui berbagai jalurâtanaman, air, udara, makanan lautâmenjadi sangat mungkin. Untuk itu dibutuhkan upaya pencegahan agar paparan mikro dan nano plastik ke tubuh manusia dapat diminimalkan.
Beberapa cara yang dianjurkan agar partikel plastik kecil ini tidak masuk ke dalam tubuh kita antara lain memilih sayuran dan buah yang ditanam secara organik dan bebas penggunaan plastik di tanah atau airnya, mencuci buah dan sayur dengan air mengalir atau bahkan merendam sebentar sebelum dimasak, dan menghindari penggunaan plastik sekali pakai dalam kemasan makanan atau minuman. Tidak memakai peralatan plastik yang dipanaskan seperti plastik yang digunakan dalam microwave jika tidak memang benar-benar aman, serta mengganti bahan seperti plastik dengan kaca atau stainless steel untuk wadah makanan.
Selain itu, penting juga meningkatkan manajemen limbah plastik di rumah tangga dan masyarakat agar plastik yang tak terpakai tidak terdegradasi menjadi fragmen mikro atau nano yang kemudian mencemari tanah, air, dan udara. Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu menetapkan standar baku mutu mikroplastik dan nano plastik dalam pangan dan lingkungan, serta memperkuat penelitian dampak kesehatan jangka panjang dari paparan plastik-partikel sangat kecil ini.
Temuan bahwa nano plastik sudah sampai ke bahan pangan yang kita makan sekaligus data bahwa mikroplastik sudah hadir dalam tubuh banyak orang Indonesia harus menjadi alarmâbahwa masalah ini bukan soal lingkungan semata, tetapi juga soal kesehatan publik yang mendesak.





