FintalkUpdate News

OJK : 54% Pinjaman Daring Diserap Perempuan

OJK mengungkap perempuan menjadi pengguna utama pinjaman daring dengan porsi 54%, sementara total pinjaman daring di Indonesia kini menembus Rp83 triliun per Juni 2025.

Industri pinjaman daring atau fintech lending di Indonesia terus mencetak angka fantastis. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan bahwa 54% dari total pinjaman daring diserap oleh kaum perempuan. Lebih mengejutkan lagi, total pinjaman daring nasional per Juni 2025 sudah mencapai Rp83 triliun, naik sekitar 25% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Anggota Dewan Komisioner OJK Agusman, menuturkan bahwa dominasi perempuan dalam pinjaman daring menjadi bukti bahwa teknologi keuangan digital telah menjangkau kelompok masyarakat yang lebih luas. “Fintech lending telah menjadi alternatif pembiayaan yang mudah diakses, terutama bagi perempuan pelaku UMKM, ibu rumah tangga, maupun profesional yang membutuhkan dana cepat,” ungkapnya dalam orasi wisuda di Universitas Muhammadiyah Malang.

Lonjakan ini juga didorong oleh meningkatnya jumlah pengguna aktif. Data OJK mencatat, hingga pertengahan 2025, terdapat lebih dari 160 juta akun terdaftar, terdiri dari sekitar 158 juta peminjam dan 2,5 juta pemberi dana (lender). Dari angka tersebut, 21 juta akun terhitung aktif, naik signifikan dari 18 juta pada awal 2024. Tren ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap platform resmi yang diawasi OJK semakin menguat.

Pertumbuhan industri ini sebagian besar dipicu oleh kemudahan akses yang ditawarkan. Cukup dengan ponsel pintar dan koneksi internet, masyarakat bisa mendapatkan pinjaman dalam hitungan jam. Pinjaman daring kini bukan hanya solusi darurat, tetapi juga modal pengembangan usaha mikro, pembiayaan pendidikan, hingga kebutuhan kesehatan. Di sisi lain, pergeseran perilaku keuangan ini juga mengindikasikan meningkatnya literasi keuangan digital, terutama di kalangan perempuan yang kini menjadi motor penggerak ekonomi rumah tangga dan UMKM.

Read More  Jam Tangan Pintar Ini Deteksi Tumor Otak

Meski tumbuh pesat, OJK tetap mengingatkan pentingnya kehati-hatian. Meski tingkat kredit bermasalah atau Non-Performing Financing (NPF) tercatat di angka 2,85%, masih berada di bawah ambang batas aman 5%, edukasi literasi keuangan digital tetap menjadi kunci. “Perempuan sering menjadi target utama pinjaman ilegal karena kurangnya literasi digital. Kami mengimbau masyarakat hanya menggunakan platform yang berizin resmi,” tegas Agusman.

Pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira, menilai fenomena ini sebagai sinyal ganda. “Di satu sisi, pinjaman daring memberikan akses keuangan yang lebih inklusif, terutama bagi kelompok perempuan dan UMKM. Namun, tanpa edukasi yang memadai, risiko gagal bayar dan ketergantungan pada utang bisa meningkat,” ujarnya. Bhima juga menekankan pentingnya pengawasan ketat dan literasi finansial yang lebih agresif agar pertumbuhan industri ini tetap sehat dan berkelanjutan.

Dengan prospek yang masih menjanjikan, OJK terus mendorong kolaborasi dengan penyelenggara fintech untuk memperluas edukasi dan inovasi produk yang lebih ramah konsumen. Langkah ini diharapkan dapat memastikan bahwa pinjaman daring bukan hanya menjadi solusi keuangan jangka pendek, tetapi juga instrumen pemberdayaan ekonomi jangka panjang, khususnya bagi perempuan yang menjadi tulang punggung banyak usaha kecil dan menengah di Indonesia.


Meta Deskripsi

Back to top button