Operasi Patuh 2025 Turunkan Kecelakaan 12 Persen
Angka kecelakaan lalu lintas selama Operasi Patuh 2025 turun signifikan, hasil dari pendekatan edukatif dan komunikasi humanis polisi kepada masyarakat.

Suasana ruang konferensi pers di gedung Korlantas Polri siang itu terasa berbeda. Tak hanya memaparkan angka dan data, Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol. Agus Suryonugroho juga mengajak publik untuk lebih memahami pentingnya keselamatan berkendara. Dalam laporan resmi, ia menyampaikan bahwa selama dua pekan pelaksanaan Operasi Patuh 2025, angka kecelakaan lalu lintas berhasil ditekan hingga 12 persen dibanding tahun lalu.
Data mencatat terjadi penurunan dari 3.251 kasus pada 2024 menjadi 2.884 kasus pada 2025. Korban meninggal dunia turun dari 417 menjadi 334 orang. Penurunan juga tercatat pada korban luka ringan yang turun hampir 20 persen. Agus menyebut bahwa pendekatan edukatif dan program “Polantas Menyapa” menjadi salah satu kunci utama keberhasilan tahun ini. Program tersebut memungkinkan petugas lalu lintas menjalin komunikasi langsung dengan masyarakat, memberikan edukasi ringan namun berdampak besar.
Operasi Patuh 2025 berlangsung serentak di seluruh Indonesia pada 14–27 Juli, dengan fokus pada pelanggaran yang berpotensi menimbulkan kecelakaan. Meski tindakan represif tetap dilakukan, seperti tilang manual dan penindakan lewat kamera ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), pendekatan pre-emptif dan preventif menjadi titik tekan. Terjadi lonjakan signifikan dalam kegiatan edukatif: penyuluhan meningkat lebih dari tujuh kali lipat, pemasangan imbauan keselamatan melonjak hampir 50 persen, dan kegiatan sosialisasi naik lebih dari 3.500 persen.
Tidak hanya di tingkat nasional, dampak positif juga terasa di daerah. Di Aceh, Polda Aceh melaporkan penurunan kecelakaan hingga lebih dari 60 persen. Dari 51 kasus pada 2024 menjadi hanya 20 kasus selama Operasi Patuh Seulawah 2025. Korban meninggal di provinsi tersebut juga turun drastis. Kombes Pol. Joko Krisdiyanto dari Polda Aceh menyatakan keberhasilan ini tidak lepas dari upaya membangun kesadaran masyarakat lewat dialog dan kehadiran polisi di tengah warga, bukan hanya di persimpangan.
Sementara itu, pelanggaran lalu lintas tetap menjadi perhatian. Peningkatan paling besar terjadi pada pengendara yang tidak menggunakan helm SNI, disusul pelanggaran melawan arus, dan pengemudi di bawah umur. Di sisi lain, pelanggaran yang terdeteksi kamera ETLE justru mengalami penurunan, baik secara statis maupun mobile.
Irjen Agus menekankan bahwa keberhasilan ini bukan sekadar angka, tetapi menjadi sinyal positif bahwa masyarakat mulai lebih sadar akan keselamatan berkendara. Ia berharap pendekatan edukatif yang lebih humanis ini bisa terus diterapkan, tidak hanya dalam operasi tahunan tetapi juga dalam tugas sehari-hari polisi lalu lintas. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh jajaran Polda dan masyarakat yang mulai menjadikan keselamatan sebagai budaya, bukan sekadar kewajiban.
Ke depan, Polri berkomitmen menjadikan keselamatan lalu lintas sebagai prioritas yang melibatkan semua elemen masyarakat. Operasi Patuh 2025 menjadi contoh bahwa pendekatan yang ramah, tegas, dan edukatif bisa berjalan berdampingan untuk menciptakan lalu lintas yang aman dan tertib.