HealthcareUpdate News

orengan Bisa Picu Kanker? Ini Penjelasan Medisnya

Di balik gurihnya gorengan, tersembunyi senyawa berbahaya yang dapat meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi berlebihan.

Setiap sore, di sudut Jalan Pamulang Raya, antrean panjang terlihat di depan gerobak gorengan milik Bu Sari. Pisang goreng, tahu isi, dan bakwan jadi favorit warga sekitar. “Kalau nggak makan gorengan, rasanya belum kenyang,” ujar Rudi, pegawai swasta yang mampir hampir setiap hari.

Namun di balik kenikmatan itu, para ahli kesehatan mengingatkan bahaya yang mengintai. Gorengan yang dimasak dengan suhu tinggi dan minyak yang digunakan berulang kali berpotensi menghasilkan senyawa berbahaya seperti akrilamida—zat kimia yang telah dikaitkan dengan risiko kanker.

“Proses penggorengan pada suhu tinggi, terutama di atas 120°C, dapat memicu terbentuknya akrilamida, terutama pada makanan yang mengandung pati seperti kentang dan pisang,” ujar Diyah Eka Andayani, pakar gizi klinik dan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ia menambahkan bahwa penggunaan minyak jelantah memperparah risiko karena menghasilkan radikal bebas dan senyawa karsinogenik lainnya. Akrilamida pertama kali ditemukan dalam makanan pada awal 2000-an dan sejak itu menjadi perhatian badan kesehatan dunia. WHO dan FDA telah mengklasifikasikan akrilamida sebagai “kemungkinan karsinogenik bagi manusia” berdasarkan studi laboratorium.

Selain akrilamida, gorengan juga berisiko meningkatkan kadar lemak trans dan kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh. Jika dikonsumsi secara rutin, gorengan dapat memicu peradangan kronis, obesitas, dan memperbesar risiko kanker usus besar, pankreas, dan bahkan payudara.

“Risiko kanker tidak muncul seketika, tapi bersifat akumulatif. Pola makan tinggi gorengan, rendah serat, dan minim antioksidan adalah kombinasi yang berbahaya,” tambah Diyah.

Read More  Kondisi Ekonomi Global Tak Menentu, Bitcoin Terus Melaju Tembus $97.000

Meski demikian, bukan berarti masyarakat harus sepenuhnya menghindari gorengan. Menurut Diyah, ada beberapa cara untuk mengurangi risiko:

  • Gunakan minyak baru dan hindari pemakaian berulang
  • Goreng dengan suhu sedang dan waktu yang tidak terlalu lama
  • Tiriskan gorengan dengan baik untuk mengurangi sisa minyak
  • Batasi konsumsi dan imbangi dengan sayur serta buah tinggi antioksidan

Di tengah popularitas gorengan sebagai camilan rakyat, edukasi tentang risiko kesehatan menjadi semakin penting. Pemerintah dan pelaku usaha kuliner diharapkan dapat berperan aktif dalam menyediakan alternatif yang lebih sehat, seperti teknik memasak panggang atau kukus. Gorengan bukan musuh, tapi harus dikonsumsi dengan bijak

Back to top button