Penduduk Indonesia Tembus 286 Juta Jiwa, Ancaman Baru bagi Kesehatan Masyarakat?
Jumlah penduduk Indonesia kini melampaui 286 juta jiwa. Di balik angka fantastis ini, muncul tantangan serius bagi sistem kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.

Trotoar sempit di kawasan Jakarta Timur pagi itu sesak oleh lalu lalang warga yang bergerak cepat. Sebagian antre di klinik, sebagian lainnya mencari tumpangan ke tempat kerja. Ini bukan sekadar gambaran pagi hari di ibu kota—ini cerminan nyata dari padatnya populasi Indonesia, yang kini resmi menembus angka 286 juta jiwa.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia meningkat hampir 3 juta jiwa dibanding tahun lalu. Lonjakan ini menempatkan Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Namun di balik angka besar itu, muncul kekhawatiran akan ledakan beban sistem kesehatan nasional.
Menurut Nina Kemala Sari, ahli geriatrik dari FKUI-RSCM, lonjakan penduduk yang tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas layanan kesehatan bisa berdampak serius. “Kita bukan hanya bicara soal jumlah tempat tidur rumah sakit atau dokter yang kurang. Kita bicara soal distribusi, kualitas layanan, hingga akses masyarakat di daerah terpencil yang masih tertinggal,” ujarnya.
Masalah tak berhenti di situ. Ketersediaan air bersih, sanitasi, dan permukiman layak juga menjadi isu krusial dalam kesehatan masyarakat. Di kota-kota besar, penyakit infeksi, pernapasan, dan stunting masih banyak ditemukan, bahkan di wilayah yang seharusnya sudah mapan.
Beban BPJS Kesehatan pun diperkirakan makin berat. Dengan jumlah peserta aktif terus bertambah, layanan kesehatan publik menghadapi tekanan biaya yang signifikan. Pada pertengahan 2025, total klaim pelayanan kesehatan diproyeksikan mencapai lebih dari Rp135 triliun, menandakan urgensi reformasi pembiayaan jaminan sosial kesehatan.
Di sisi lain, urbanisasi yang tidak terkendali membuat kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan kewalahan menangani kepadatan. Permukiman padat, lingkungan yang tidak sehat, dan tingginya tingkat stres memperburuk kualitas kesehatan masyarakat, termasuk meningkatnya kasus gangguan mental.
Nova Riyanti Yusuf, psikiater sekaligus Direktur RSJ Marzoeki Mahdi, menekankan bahwa kesehatan mental masyarakat juga perlu menjadi perhatian di tengah lonjakan populasi. “Semakin sempit ruang hidup, semakin tinggi tekanan ekonomi dan sosial. Itu semua memicu gangguan kesehatan jiwa seperti depresi, kecemasan, hingga bunuh diri. Sayangnya, layanan kesehatan jiwa kita belum sepenuhnya siap,” ujarnya.
Pemerintah telah menggalakkan program pengendalian penduduk seperti revitalisasi Keluarga Berencana (KB), peningkatan literasi kesehatan reproduksi, dan digitalisasi layanan primer. Namun efektivitasnya masih belum merata. Banyak daerah belum memiliki infrastruktur dan SDM yang memadai untuk menjalankan program-program ini secara optimal.
Indonesia kini berada pada titik kritis. Jika tidak segera mengambil langkah strategis dan sistemik, pertumbuhan penduduk yang tak terkendali akan menjadi beban jangka panjang. Dalam jangka pendek, kualitas layanan kesehatan publik yang menjadi korban. Dalam jangka panjang, seluruh pembangunan nasional bisa terganggu.
“Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi kekuatan, tapi hanya jika disiapkan dengan baik,” ujar. Nina.