FintalkUpdate News

Peran Orang Tua, Kunci Anak Cerdas Finansial

Di era digital yang penuh godaan konsumtif, peran orang tua sebagai pendidik literasi keuangan menjadi fondasi utama untuk membangun generasi yang cerdas mengelola masa depan finansial.

Di tengah riuhnya notifikasi belanja online dan godaan gaya hidup instan, sebuah pemandangan menarik terlihat di sebuah kafe. Raka, seorang ayah muda, membuka aplikasi perbankan di ponselnya, lalu menunjukkan pada putrinya yang berusia 8 tahun, “Ini sisa uang jajan kamu yang kita tabung, Nak. Angkanya terus bertambah, kan?” Ia tidak hanya memberi uang, tetapi sedang menanamkan benih pemahaman tentang nilai dan tujuan uang.

Peran orang tua sebagai pendidik literasi keuangan di era serba digital ini menjadi fondasi utama untuk membangun generasi yang cerdas mengelola masa depan finansial. Perencana keuangan dan pakar literasi keuangan ternama di Indonesia, Prita Ghozie, menekankan bahwa “Literasi keuangan keluarga dimulai dari rumah, dan orang tua adalah mentor utamanya. Cara terbaik bukan dengan ceramah, tetapi dengan praktik langsung.”

Anak-anak adalah peniru ulung. Karena itu, Prita menjelaskan bahwa orang tua harus menjadi role model yang terlihat. Mereka bisa secara terbuka mendiskusikan anggaran belanja bulanan, menunjukkan proses menabung, atau membandingkan harga sebelum membeli. Melalui contoh nyata ini, orang tua secara tidak langsung sedang mengajarkan manajemen uang. Selain itu, orang tua dapat mengubah konsep uang menjadi permainan yang menyenangkan, misalnya dengan memberikan uang saku tidak hanya untuk dihabiskan, tetapi juga untuk disisihkan dan disumbangkan. Dengan cara ini, anak akan terbiasa membuat skala prioritas.

Alih-alih menyembunyikan masalah keuangan, Prita menyarankan untuk melibatkan anak dalam diskusi sederhana yang sesuai dengan usia mereka. Contohnya, saat keluarga berencana liburan, diskusikan bersama anggaran yang tersedia dan pilihan yang bisa diambil. Hal ini akan melatih anak untuk memahami bahwa sumber daya terbatas dan setiap keputusan memiliki konsekuensi finansial. Dengan metode yang tepat, orang tua tidak hanya menyiapkan anak untuk mandiri secara finansial, tetapi juga untuk menjadi pribadi yang bijak, bertanggung jawab, dan terhindar dari jerat utang di kemudian hari.

Read More  PGE Perkuat Posisi sebagai Pemimpin Energi Bersih di Indonesia

Strategi Praktis: Menanamkan Kebiasaan Cerdas Finansial

Prita Ghozie juga menekankan bahwa literasi finansial tidak bisa diajarkan dalam satu atau dua kali sesi. Ini adalah proses berkelanjutan yang memerlukan strategi konsisten dari orang tua. Salah satu cara yang efektif adalah melalui sistem upah berbasis pekerjaan rumah tangga, yang membantu anak memahami bahwa uang adalah hasil dari kerja keras. Anak bisa mendapatkan imbalan kecil setelah menyelesaikan tugas rumah seperti membereskan tempat tidur atau membantu mencuci piring.

Selain itu, ajarkan anak konsep delayed gratification atau menunda kesenangan. Ketika anak menginginkan mainan baru yang mahal, ajaklah mereka menabung dari uang saku hingga target tercapai. Proses ini mengajarkan anak untuk bersabar dan menghargai nilai dari setiap uang yang dikumpulkan. Orang tua juga bisa memperkenalkan konsep tabungan jangka panjang dengan membuka rekening tabungan atas nama anak dan menunjukkan bagaimana saldo mereka bertambah seiring waktu.

Mendiskusikan tentang utang juga penting. Jelaskan mengapa utang bisa menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak (misalnya, untuk membeli rumah atau pendidikan), tetapi juga bisa menjadi beban jika digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Tunjukkan perbedaan antara utang yang produktif dan utang yang konsumtif. Dengan begitu, anak akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang tanggung jawab finansial.

Pada akhirnya, literasi keuangan di keluarga adalah sebuah investasi jangka panjang. Orang tua yang meluangkan waktu dan upaya untuk mendidik anak tentang uang tidak hanya memberikan keterampilan hidup yang tak ternilai, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh bagi masa depan finansial keluarga yang lebih stabil dan sejahtera. Pendidikan ini akan menjadi warisan berharga yang akan terus dibawa anak hingga dewasa.

Back to top button