PGE dan UGM Gelar Panen Raya Katrili, Inovasi Panas Bumi untuk Ketahanan Pangan
PGE dan UGM sukses menggelar Panen Raya Katrili 2025, memanfaatkan inovasi booster panas bumi untuk meningkatkan hasil pertanian dan mendukung ketahanan pangan nasional.

Suasana penuh sukacita menyelimuti Desa Tonsewer, Minahasa, Sulawesi Utara, saat para petani merayakan Panen Raya Katrili 2025. Acara ini merupakan hasil kolaborasi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam pemanfaatan booster Katrili, inovasi berbasis endapan panas bumi yang terbukti meningkatkan hasil panen dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia hingga 30 persen.
Empat komoditas utama yang dipanen tahun ini—tomat Gustavi, bawang merah, kacang batik, dan padi—tumbuh dengan lebih sehat berkat booster Katrili. Menurut Direktur Operasi PGE, Ahmad Yani, kehadiran energi panas bumi di Lahendong sejak 2001 telah membuka peluang baru untuk pembangunan berkelanjutan.
“Kami tidak hanya memanfaatkan panas bumi sebagai sumber listrik, tetapi juga mengembangkan inovasi yang berdampak langsung pada masyarakat, seperti booster Katrili,” ujarnya.
Booster ini diuji coba dalam tiga skema: penggunaan pupuk kimia saja, booster Katrili saja, dan kombinasi keduanya. Hasilnya menunjukkan bahwa tanaman yang menggunakan booster Katrili lebih tahan terhadap hama, memiliki ukuran buah lebih besar, serta meningkatkan hasil pertanian secara signifikan.
Acara panen raya ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Bupati Minahasa Robby Dondokambey, Panglima Kodam XIII Merdeka Mayor Jenderal TNI Suhardi, serta tim peneliti UGM dan kelompok tani lokal.
Sebagai alumni UGM, Robby Dondokambey mengaku bangga melihat bagaimana inovasi akademik dapat diaplikasikan langsung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Sinergi antara dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan serta menjaga stabilitas ekonomi daerah,” ujarnya.
Ketahanan Pangan Berbasis Panas Bumi
Selain menjadi ajang perayaan keberhasilan pertanian, Panen Raya Katrili juga mengangkat budaya lokal. Para peserta menikmati sajian khas Minahasa seperti nasi jaha dan ayam buluh, serta disuguhi pertunjukan tari Katrili, yang menjadi inspirasi bagi nama booster pertanian ini.
Menurut Dr. Sri Rahayoe dari Fakultas Teknik Pertanian UGM, program ini menunjukkan bagaimana pendekatan berbasis sumber daya lokal bisa menjadi solusi pertanian yang berkelanjutan.
“Solusi atas berbagai masalah sering kali ada di sekitar kita, tinggal bagaimana kita mengubah pola pikir dan berkolaborasi untuk menemukan jawabannya,” katanya.
Ke depan, PGE berharap booster Katrili dapat diadopsi lebih luas, tidak hanya sebagai solusi pertanian tetapi juga sebagai bagian dari strategi pemanfaatan energi panas bumi secara lebih luas.
Menurut Ahmad Yani, PGE berkomitmen untuk terus mengembangkan inovasi berbasis panas bumi yang tidak hanya menghasilkan listrik, tetapi juga mendukung sektor lain seperti pertanian dan pariwisata.
“Bisnis panas bumi kami bukan hanya tentang listrik, tetapi juga ‘Beyond Electricity’. Dengan kolaborasi dan penelitian berkelanjutan, kami ingin memastikan dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat,” tutupnya.