Ponsel Kini Jadi Alat Deteksi Dini Gempa, Sudah Hadir di Indonesia
Ponsel Android kini bisa berfungsi sebagai sistem peringatan dini gempa bumi dan telah aktif di Indonesia.

Teknologi terus berevolusi dan kini semakin banyak negara memanfaatkan ponsel pintar sebagai alat peringatan dini bencana, termasuk gempa bumi. Google, misalnya, melalui fitur Android Earthquake Alerts System, telah meluncurkan sistem peringatan gempa yang aktif di lebih dari 90 negara. Sistem ini menggunakan sensor accelerometer di ponsel Android untuk mendeteksi gelombang seismik secara real-time, lalu mengirimkan peringatan dini kepada pengguna di sekitar pusat gempa, bahkan beberapa detik sebelum guncangan besar terjadi.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, negara yang terletak di wilayah Cincin Api Pasifik dan rawan gempa?
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa Indonesia sebenarnya telah menjalin kerja sama dengan Google untuk mengintegrasikan sistem Android Earthquake Alerts System ke dalam sistem nasional peringatan dini gempa. “Kami menyambut baik inisiatif ini. Namun, teknologi tersebut harus diintegrasikan dengan sistem kami agar tidak terjadi kepanikan akibat false alarm,” ujar Dwikorita dalam sebuah pernyataan resmi BMKG.
Sistem ini bekerja dengan prinsip mendeteksi gelombang seismik pertama (P-wave), yang tidak terlalu merusak, untuk memberikan peringatan sebelum gelombang utama (S-wave) datang dan menimbulkan kerusakan. Jika pengguna berada di area yang terkena dampak gempa, ponsel Android akan secara otomatis mengirim notifikasi atau bahkan membunyikan alarm, tergantung pada intensitas gempa dan lokasi pengguna.
Direktur Bidang Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menambahkan bahwa sistem peringatan dini semacam ini akan sangat bermanfaat, terutama untuk masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya yang memiliki waktu beberapa detik untuk melakukan evakuasi. “Kami terus memperkuat jaringan seismograf nasional dan sedang menjajaki pemanfaatan teknologi berbasis komunitas serta partisipasi publik, termasuk ponsel,” katanya.
Namun, ada tantangan besar dalam adopsi teknologi ini secara luas di Indonesia. Infrastruktur jaringan data yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia membuat peringatan tidak selalu bisa diterima secara simultan. Selain itu, literasi masyarakat tentang langkah penyelamatan dini juga masih perlu ditingkatkan agar pesan peringatan tidak justru menimbulkan kepanikan.
Penggunaan ponsel sebagai alat peringatan dini gempa sejalan dengan upaya global untuk membangun sistem berbasis teknologi yang terjangkau dan inklusif. Dengan lebih dari 200 juta pengguna ponsel pintar di Indonesia, potensi ini sangat besar untuk dimaksimalkan dalam sistem mitigasi bencana berbasis masyarakat.
BMKG menyarankan masyarakat untuk mengaktifkan notifikasi lokasi di ponsel Android dan memastikan perangkat menggunakan sistem operasi terbaru agar bisa menerima peringatan gempa dari sistem Android secara optimal. Aplikasi seperti MyShake (berbasis University of California, Berkeley) atau Earthquake Network juga bisa diunduh untuk tambahan sistem deteksi gempa secara crowdsourcing.
Dengan semakin dekatnya teknologi dan kesiapan pemerintah, masa depan mitigasi bencana di Indonesia kini berada di genggaman tangan.