Rahasia Umur Panjang: Belajar dari Mahathir Mohamad yang Kini Berusia 100 Tahun
Genap berusia 100 tahun, Mahathir Mohamad bukan hanya mantan perdana menteri Malaysia, tapi juga simbol hidup sehat dan panjang umur yang layak dicontoh.
Ketika Mahathir Mohamad meniup lilin ulang tahun ke-100 pada awal Juli ini, dunia tidak hanya menyambut usia seabad seorang tokoh besar, tetapi juga merenungi pertanyaan mendasar: bagaimana seseorang bisa mencapai usia panjang dengan tubuh dan pikiran yang tetap aktif?
Mantan Perdana Menteri Malaysia itu tampil sederhana dalam perayaan kecil bersama keluarga. Namun bagi publik Asia Tenggara, pencapaian Mahathir bukan sekadar usia, melainkan simbol keberhasilan menjaga kesehatan fisik dan mental di tengah tekanan hidup sebagai pemimpin negara selama puluhan tahun.
Mahathir dikenal menerapkan gaya hidup sehat secara konsisten. Ia menghindari makanan berlemak, disiplin menjaga berat badan, dan selalu mengutamakan aktivitas fisik meski usia terus bertambah. Ia juga tidak merokok dan jarang terlihat mengonsumsi minuman manis. Bahkan dalam beberapa wawancara, Mahathir mengungkap bahwa ia masih membaca dan menulis setiap hari untuk menjaga ketajaman pikirannya.
Siti Setiati, dokter spesialis geriatrik dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, mengatakan bahwa usia panjang seperti Mahathir bukan semata soal genetik, tapi juga gaya hidup. “Kunci utama umur panjang itu kombinasi antara pola makan seimbang, aktivitas fisik rutin, pengelolaan stres yang baik, serta keterlibatan sosial dan mental yang aktif,” ujarnya.
Menurut Siti, banyak orang salah kaprah mengira bahwa umur panjang hanya bergantung pada faktor keturunan. Padahal, faktor gaya hidup menyumbang lebih dari 60 persen terhadap harapan hidup. âOrang seperti Mahathir kemungkinan besar punya gaya hidup yang stabil sejak muda, tidak sering begadang, menghindari makanan olahan, dan terus menantang otak untuk tetap bekerja,â tambahnya.
Data dari WHO menyebutkan bahwa negara-negara dengan harapan hidup tertinggi, seperti Jepang dan Swiss, memiliki pola makan rendah gula dan garam, serta budaya jalan kaki atau bersepeda. Hal serupa juga terlihat dalam keseharian Mahathir, yang kerap berjalan kaki dan lebih memilih makanan lokal yang alami.
Sementara di Indonesia, angka harapan hidup nasional per 2024 berada di kisaran 74,2 tahun, naik dari 72 tahun satu dekade lalu. Namun peningkatan tersebut belum dibarengi dengan kualitas hidup di usia lanjut yang optimal. Penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dan demensia masih menjadi tantangan besar bagi populasi lansia.
Psikiater Nova Riyanti Yusuf, penulis dan pemerhati kesehatan mental lansia, menekankan pentingnya menjaga semangat dan tujuan hidup di usia tua. “Banyak lansia yang merasa tidak lagi berguna setelah pensiun. Padahal, punya tujuan dan keterlibatan sosial justru menjadi kunci mempertahankan vitalitas mental dan fisik,” katanya.
Kembali ke Mahathir, selain pola hidup sehat, ia juga dikenal sebagai sosok yang tak pernah berhenti berpikir dan berkontribusi. Bahkan setelah tidak lagi menjabat sebagai perdana menteri, ia tetap aktif menulis, memberi pandangan politik, dan terlibat dalam forum-forum internasional. Hal ini, menurut Nova, menjadi contoh nyata bahwa tujuan hidup bisa menjadi vitamin terbaik di usia senja.
Hingga kini, Mahathir Mohamad menjadi satu dari sedikit tokoh politik dunia yang mampu bertahan aktif hingga usia 100 tahun. Dan kisah hidupnya menjadi pengingat bahwa umur panjang bukanlah kebetulan, melainkan hasil pilihan-pilihan sehat yang terus dijaga, bahkan sejak muda.





