HealthcareUpdate News

Remaja Kini Lebih Memilih Curhat ke Chatbot AI: Alasan dan Risikonya

Survei terbaru menemukan bahwa banyak remaja menganggap chatbot AI sebagai teman curhat yang nyaman karena responsnya selalu tersedia, netral, dan anonim—meskipun pakar memperingatkan risiko ketergantungan emosional dan isolasi sosial.

Data dari Common Sense Media yang dilansir oleh Associated Press dan dilaporkan oleh berbagai media menunjukkan bahwa sekitar 72% remaja di Amerika Serikat telah menggunakan chatbot AI seperti ChatGPT, Character.AI, atau Replika sebagai teman curhat, dengan lebih dari setengahnya berinteraksi rutin setiap bulan. Sekitar 31% responden bahkan menyatakan bahwa percakapan dengan AI terasa sama atau lebih memuaskan dibandingkan berbicara dengan teman nyata, dan **33% memilih membicarakan hal serius dengan AI daripada orang lain.

Alasan utama keakraban remaja dengan chatbot AI mencakup kemudahan akses sepanjang waktu dan sifat komunikasi yang bebas penilaian. Sebagaimana disampaikan oleh Michael Robb, peneliti senior dari Common Sense: remaja merasa AI tidak menilai, selalu tersedia, dan memberi rasa aman untuk membuka diri tanpa takut dihakimi.

Namun pakar kesehatan mental seperti yang dikutip oleh Internet Matters memperingatkan tentang potensi dampak negatif. Misalnya, sekitar 35% anak usia 9–17 tahun merasa berbicara dengan chatbot seperti berbicara dengan teman nyata, dan **12% remaja mengaku tidak memiliki orang selain AI untuk diajak bicara. Para ahli menyarankan pentingnya pendidikan akan batas penggunaan AI dan mendampingi anak agar interaksi digital tidak menggantikan hubungan manusia yang nyata.

American Psychological Association juga memperingatkan bahwa penggunaan AI untuk dukungan emosional tidak menggantikan konseling profesional. CEO OpenAI Sam Altman bahkan menyatakan bahwa ChatGPT bisa menjadi berbahaya jika digunakan sebagai pengganti bimbingan manusia karena masalah privasi dan ketergantungan atas validasi yang diberikan AI.

Read More  Perang Dagang Mereda, Emas Masih Cuan?

Sementara itu, studi akademis yang diterbitkan baru-baru ini mengungkapkan bahwa penggunaan intensif chatbot untuk memenuhi kebutuhan emosional—khususnya oleh remaja yang memiliki jaringan sosial terbatas—sering terkait dengan kesejahteraan psikologis yang menurun. Meskipun AI bisa memberikan dukungan awal, ia tidak bisa menggantikan interaksi manusia secara penuh.

Remaja memang cenderung merasa lebih nyaman curhat ke chatbot AI karena kemudahan, netralitas, dan anonimitas yang ditawarkan. Namun pakar menekankan bahwa AI sebaiknya hanya berfungsi sebagai pendamping sementara, bukan pengganti hubungan manusia atau bantuan profesional. Orang tua dan pendidik disarankan untuk mendampingi dan memberikan batasan sehat dalam penggunaan AI.

Back to top button