HealthcareUpdate News

Sarapan atau Tidak? Riset Terbaru Ungkap Dampaknya bagi Kesehatan Tubuh

Perdebatan soal manfaat sarapan kembali mencuat setelah riset global terbaru mengungkap perbedaan signifikan antara mereka yang rutin sarapan dan yang tidak.

Pagi yang cerah di kawasan Senayan, Jakarta, terlihat ramai oleh pegawai kantor yang bergegas masuk gedung sambil membawa kopi di tangan. Namun, tidak semua memulai hari dengan sarapan lengkap. Sebagian memilih hanya minum air atau kopi, mengklaim bahwa mereka merasa lebih segar tanpa makan di pagi hari.

Fenomena ini mengundang perhatian para ahli gizi. Menurut riset terbaru yang dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition pada Juni 2025, orang yang rutin sarapan cenderung memiliki metabolisme lebih stabil, kadar gula darah yang lebih terkontrol, dan tingkat konsentrasi yang lebih baik di pagi hari. Studi yang melibatkan 30 ribu responden dari 12 negara itu juga menemukan bahwa kebiasaan sarapan sehat dapat menurunkan risiko penyakit jantung hingga 15%.

“Tubuh membutuhkan asupan energi di pagi hari untuk mengaktifkan metabolisme dan fungsi otak. Melewatkan sarapan bisa membuat gula darah turun, memicu kelelahan, dan meningkatkan risiko ngemil berlebihan di siang hari,” ujar dr. Diana Sunardi, M.Gizi, Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dalam wawancara kepada media ini, Minggu (10/8/2025).

Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas sarapan jauh lebih penting daripada sekadar makan di pagi hari. Menu tinggi gula atau karbohidrat olahan justru berpotensi meningkatkan risiko obesitas. “Sarapan ideal mengandung karbohidrat kompleks, protein, serat, dan lemak sehat. Misalnya roti gandum dengan telur, oatmeal, atau buah dengan yogurt tanpa gula,” tambah dr. Diana.

Read More  Kesadaran Kesehatan Masyarakat Indonesia Meningkat, Tantangan Pola Hidup Sehat Masih Besar

Bagi mereka yang tidak sarapan karena alasan intermittent fasting, para ahli mengingatkan agar memastikan asupan gizi pada jam makan lainnya tetap seimbang. Penelitian di Harvard T.H. Chan School of Public Health (2024) menemukan bahwa pola makan time-restricted feeding bisa bermanfaat untuk kontrol berat badan, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi tubuh dan konsultasi dokter.

Ke depan, para peneliti memprediksi tren sarapan sehat berbasis pangan lokal akan meningkat di Indonesia, seiring kampanye gizi seimbang dan kesadaran masyarakat akan kesehatan jangka panjang.

Back to top button