Sebelum Beli Mobil Listrik, Pahami Dulu Teknologi, Biaya, dan Risiko yang Mungkin Ditanggung
Mobil listrik kini jadi primadona baru di pasar otomotif Indonesia, tapi sebelum membelinya, ada sejumlah hal penting yang perlu dipahami agar tak salah langkah.
Tren mobil listrik tengah melesat di Indonesia. Dukungan pemerintah lewat insentif pajak dan semakin banyaknya model baru dari berbagai merek membuat kendaraan ramah lingkungan ini kian diminati. Namun, keputusan membeli mobil listrik sebaiknya tidak diambil tergesa-gesa.
Menurut pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Agus Purwadi, calon pembeli perlu memahami lima aspek utama sebelum menjatuhkan pilihan, yakni teknologi baterai, harga kendaraan, dukungan infrastruktur, layanan purna jual, serta risiko penggunaan jangka panjang.
Dari sisi teknologi, mobil listrik mengandalkan motor penggerak dan baterai sebagai sumber tenaga utama. Jenis baterai yang umum digunakan adalah lithium-ion, yang terkenal efisien tetapi memiliki umur pakai terbatas. âRata-rata usia baterai mobil listrik mencapai 8â10 tahun, tergantung pola penggunaan dan suhu lingkungan,â jelas Dr. Agus.
Masalah harga juga masih menjadi pertimbangan besar. Meski ada insentif dari pemerintah, harga mobil listrik di Indonesia umumnya 20â40 persen lebih mahal dibanding mobil konvensional. Namun, biaya operasionalnya jauh lebih rendah karena tidak memerlukan bahan bakar fosil dan servis rutin seperti pergantian oli.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah dukungan infrastruktur. Meski jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) terus bertambah, distribusinya belum merata. âWilayah Jabodetabek dan kota besar seperti Surabaya dan Bali sudah cukup baik, tapi di luar itu masih terbatas. Ini penting bagi mereka yang sering bepergian jarak jauh,â tambah Dr. Agus.
Sementara dari sisi layanan purna jual, pembeli perlu memastikan bahwa produsen atau dealer memiliki jaringan servis resmi dan ketersediaan suku cadang. Penggantian baterai yang biayanya bisa mencapai puluhan juta rupiah juga harus diperhitungkan sejak awal.
Terakhir, soal risiko. Selain penurunan kapasitas baterai, risiko lainnya adalah penurunan harga jual kembali (resale value). Karena teknologi terus berkembang, model lama mobil listrik bisa cepat usang. âKonsumen perlu siap dengan depresiasi nilai jual yang lebih cepat dibanding mobil konvensional,â ujar Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari ITB.
Meski demikian, para ahli sepakat bahwa mobil listrik tetap menawarkan banyak keuntungan, terutama dalam hal efisiensi energi dan kontribusi terhadap pengurangan emisi karbon. Bagi masyarakat perkotaan yang ingin beralih ke kendaraan hijau, memahami seluruh aspek ini akan membantu membuat keputusan yang lebih cerdas dan berkelanjutan.





