Tabungan Masyarakat Menyusut , Daya Beli Tertekan di Semua Lapisan
Pada Mei 2025, indeks tabungan masyarakat Indonesia menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Data dari Mandiri Institute mencatat bahwa kelompok masyarakat dengan saldo rata-rata kurang dari Rp1 juta mengalami penurunan indeks tabungan dari 85,9 pada Mei 2024 menjadi 79,6 pada Mei 2025.

Suasana lengang di sebuah gerai ritel modern di kawasan Depok, Jawa Barat, menjadi gambaran nyata bagaimana masyarakat mulai menahan belanja. “Biasanya tanggal segini ramai, tapi sekarang sepi. Banyak pelanggan bilang, uangnya pas-pasan,” ujar Reni, kasir minimarket yang telah bekerja selama delapan tahun.
Cerita Reni selaras dengan kondisi makroekonomi yang tercermin dalam data terbaru Mandiri Institute. Per Mei 2025, Indeks Tabungan Masyarakat (Savings Index) mengalami penurunan signifikan di semua kelompok pendapatan. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dengan saldo tabungan kurang dari Rp1 juta, mencatat penurunan indeks dari 85,9 pada Mei 2024 menjadi 79,6 pada Mei 2025 — penurunan terdalam di antara semua lapisan sosial.
Sementara itu, kelompok menengah (saldo Rp1 juta–Rp20 juta) mengalami penurunan dari 100,9 menjadi 100,8, dan kelompok atas (di atas Rp20 juta) turun dari 96,7 menjadi 93,3.
“Meskipun terjadi sedikit pemulihan tabungan di awal Mei, tren tahun ini menunjukkan tekanan daya beli yang nyata, khususnya pada kelas bawah,” jelas Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri, dalam keterangannya kepada media.
Penyebab penurunan tabungan ini tidak tunggal. Inflasi yang tinggi, ketidakpastian ekonomi global, serta pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat turut memperburuk daya simpan masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87%, lebih lambat dibandingkan 5,11% pada kuartal IV 2024. Sektor rumah tangga — yang selama ini menjadi penopang utama PDB — menunjukkan perlambatan belanja, terutama untuk kebutuhan non-pokok.
Menurut Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, masyarakat kini lebih fokus pada kebutuhan primer seperti makanan dan energi. “Kelas menengah bawah semakin terdorong untuk menggunakan tabungan guna menutupi pengeluaran bulanan. Tabungan yang menurun mencerminkan tergerusnya daya beli, dan ini akan berdampak panjang terhadap perekonomian,” ujarnya.
Gaya Hidup Berubah, Perilaku Konsumen Bergeser
Fenomena menarik lainnya adalah pergeseran pola konsumsi. Data internal salah satu e-wallet terbesar di Indonesia menunjukkan penurunan transaksi lifestyle seperti hiburan dan rekreasi sebesar 12% dibandingkan tahun lalu, sementara pengeluaran untuk transportasi dan kebutuhan rumah tangga justru meningkat.
Kondisi ini menunjukkan masyarakat mulai melakukan penyesuaian gaya hidup. Mereka menahan pembelian yang sifatnya tersier demi menjaga kestabilan keuangan rumah tangga.
“Dulu saya masih bisa nabung Rp500 ribu sebulan. Sekarang? Sering minus malah. Harga kebutuhan naik terus,” keluh Wulandari, pegawai administrasi di sebuah perusahaan outsourcing di Jakarta Timur.
Perlu Langkah Strategis Pemerintah
Situasi ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah yang tengah mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis konsumsi domestik. Menurut laporan Bank Indonesia, rasio tabungan terhadap PDB nasional mengalami penurunan tipis dari 17,2% di 2024 menjadi 16,5% pada awal 2025 — sinyal bahwa akumulasi kekayaan rumah tangga melambat.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menyatakan telah menyiapkan langkah-langkah stimulus tambahan untuk menjaga konsumsi, terutama menjelang semester II 2025.
“Kami terus memantau kondisi likuiditas rumah tangga dan sedang menyiapkan program penguatan bantuan sosial dan insentif fiskal untuk sektor-sektor padat karya,” ujar Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan RI.
Turunnya tabungan masyarakat bukan hanya soal nominal, tetapi mencerminkan tekanan ekonomi yang nyata dan menyeluruh. Ketika masyarakat mulai membongkar tabungan untuk bertahan, hal ini seharusnya menjadi sinyal bagi pengambil kebijakan bahwa stabilitas ekonomi rakyat harus menjadi prioritas utama.