Tak Disangka, Gadget di Rumah Diam-Diam Bisa Merekam Kebiasaan Kita
Tanpa disadari, berbagai gadget di rumah bukan hanya membantu aktivitas harian, tapi juga merekam dan mempelajari kebiasaan kita secara detail.

Pukul tujuh pagi, lampu ruang tamu menyala otomatis. Tak lama, speaker pintar memutar daftar lagu favorit, dan mesin kopi mulai bekerja. Bagi banyak rumah tangga modern, ini bukan sihir—ini adalah hasil dari kecanggihan gadget pintar yang mampu mengenali rutinitas penggunanya. Namun, yang tidak banyak disadari: semua itu terjadi karena perangkat-perangkat tersebut diam-diam mempelajari kebiasaan kita setiap hari.
Menurut pakar keamanan digital Alfons Tanujaya, kemampuan gadget memetakan pola aktivitas pemiliknya adalah bagian dari teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT). “Semua data seperti jam bangun tidur, waktu menyalakan TV, lokasi yang sering dikunjungi, hingga kebiasaan berbicara dengan asisten virtual, bisa dipelajari dan dianalisis,” jelasnya saat dihubungi di Jakarta.
Gadget seperti smartphone, smart TV, kamera keamanan rumah, bahkan kulkas pintar, saat ini telah dirancang untuk mendeteksi pola penggunaan. Smart TV, misalnya, bisa mencatat jenis tayangan yang paling sering ditonton dan kapan waktunya. Smart speaker seperti Google Nest atau Amazon Echo, mengenali perintah suara dan menyimpannya sebagai referensi untuk interaksi berikutnya.
“Tujuannya memang untuk kenyamanan dan efisiensi,” ujar Alfons. “Tapi kalau tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan risiko privasi yang serius.”
Perangkat seperti kamera pintu, lampu otomatis, dan smart thermostat juga terhubung dalam satu ekosistem yang mampu “berbicara” satu sama lain. Mereka bisa menyimpulkan kapan pemilik rumah keluar masuk, bagaimana preferensi suhu ruang, hingga lokasi anggota keluarga di dalam rumah.
Di sisi positif, data ini bisa digunakan untuk meningkatkan kenyamanan—seperti lampu yang menyala otomatis saat pemilik rumah mendekat, atau AC yang menyesuaikan suhu ideal sebelum seseorang pulang kerja. Namun di sisi lain, semua data ini tersimpan di server produsen perangkat, dan berpotensi diakses oleh pihak ketiga, terutama jika perangkat diretas.
Bagaimana melindungi diri?
Pakar keamanan siber merekomendasikan beberapa langkah, seperti rutin memperbarui perangkat lunak gadget, menggunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk tiap perangkat, serta mengaktifkan otentikasi dua langkah (2FA). Pengguna juga disarankan untuk menonaktifkan fitur pelacakan atau perekaman otomatis jika tidak benar-benar diperlukan.
“Privasi digital adalah tanggung jawab bersama antara produsen dan pengguna. Kalau kita tidak hati-hati, rumah pintar bisa jadi rumah transparan,” tegas Alfons.
Seiring semakin luasnya penggunaan teknologi pintar di rumah, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran terhadap bagaimana data mereka digunakan. Gadget mungkin membantu hidup lebih mudah, tapi tetap perlu kendali agar kenyamanan tak berubah menjadi ancaman.