Tantangan Gen Z dalam Memiliki Rumah
Gen Z masih kesulitan membeli rumah meski pemerintah meluncurkan Program 3 Juta Rumah per Tahun dan skema KPR subsidi.

Nabila, seorang karyawan swasta di Jakarta Selatan, telah menabung selama lima tahun untuk membeli rumah impiannya. Namun, harga properti yang terus melambung membuatnya ragu apakah impian tersebut bisa terwujud. “Gaji saya sudah di atas batas minimum KPR subsidi, tapi tetap sulit mendapatkan persetujuan karena biaya hidup yang tinggi,” ujarnya.
Fenomena ini bukan hanya dialami oleh Nabila. Data dari BP Tapera menunjukkan bahwa sekitar 500 ribu rumah tangga Gen Z belum memiliki rumah. Kesenjangan antara harga properti dan pendapatan menjadi faktor utama yang menghambat kepemilikan rumah bagi generasi muda.
Gen Z memang menghadapi tantangan besar dalam membeli rumah karena beberapa faktor utama. Diantaranya, Kenaikan Harga Properti – Harga rumah terus meningkat lebih cepat dibandingkan kenaikan gaji, membuat kepemilikan rumah semakin sulit dijangkau.
Pendapatan, yang Tidak Seimbang – Banyak Gen Z yang masih berada di tahap awal karier dengan pendapatan yang belum cukup untuk membeli rumah. Cicilan dan Beban Keuangan – Selain KPR, mereka juga memiliki cicilan lain seperti kendaraan, pendidikan, dan gaya hidup yang mengurangi kemampuan menabung untuk rumah.
Inflasi dan Biaya Hidup – Kenaikan harga barang dan jasa membuat alokasi dana untuk membeli rumah semakin kecil. Gaya Hidup dan Prioritas – Banyak Gen Z lebih memilih pengalaman seperti traveling atau investasi lain dibandingkan membeli rumah lebih awal.
Pemerintah telah meluncurkan Program 3 Juta Rumah per Tahun sebagai solusi untuk mengatasi backlog perumahan yang mencapai 10 juta unit. Program ini mencakup pembangunan 1 juta unit rumah baru serta peningkatan kualitas 2 juta rumah yang sudah ada setiap tahunnya.
Menurut Fahri Hamzah, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, program ini dirancang untuk menjawab dua tantangan sekaligus: kebutuhan hunian baru dan perbaikan kualitas kehidupan bagi jutaan warga di daerah urban dan rural.
Namun, masih ada tantangan besar dalam implementasi program ini. DPR RI menyoroti bahwa anggaran untuk pembangunan 2,2 juta rumah masih belum jelas, sehingga realisasi program ini masih dipertanyakan.
KPR bagi Gen Z
Selain program pembangunan rumah, pemerintah juga berupaya mempermudah akses Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi Gen Z. BP Tapera kini menawarkan bunga tetap 5% dengan tenor hingga 20 tahun, serta uang muka mulai dari 1% dari harga rumah.
Menurut Alfian Arif, Kepala Divisi Sekretariat Komunikasi BP Tapera, skema ini dirancang agar lebih banyak Gen Z bisa memiliki rumah melalui KPR subsidi.
Meskipun Program 3 Juta Rumah dan skema KPR subsidi memberikan harapan bagi Gen Z, tantangan seperti harga properti yang terus meningkat, biaya hidup yang tinggi, serta akses kredit yang masih sulit tetap menjadi hambatan utama.
Pemerintah perlu memastikan bahwa program ini benar-benar dapat diakses oleh generasi muda, bukan hanya sekadar angka di atas kertas. Jika tidak, impian memiliki rumah bagi Gen Z akan tetap menjadi tantangan besar di masa depan.