HealthcareUpdate News

Waspada Leptospirosis, Kasus di Yogyakarta Naik Tajam

Sepanjang Januari hingga Juni 2025, kasus leptospirosis di Yogyakarta meningkat tajam dengan korban meninggal mencapai lima orang, memicu peringatan serius dari otoritas kesehatan.

Warga Kota Yogyakarta dikejutkan oleh laporan peningkatan signifikan kasus leptospirosis sepanjang semester pertama 2025. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat setidaknya 18 kasus dengan lima kematian, jumlah yang melonjak drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencatat 10 kasus dan dua korban jiwa.

Sebaran penyakit ini hampir merata di semua wilayah, mulai dari Mantrijeron, Kotagede, Umbulharjo, hingga Jetis. Leptospirosis sendiri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang biasanya ditularkan melalui urine tikus yang mencemari air atau lingkungan lembap. Mereka yang memiliki aktivitas di area terbuka seperti got, kolam, sawah, atau tempat pembuangan sampah menjadi kelompok yang paling rentan.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, sebagian besar kasus terjadi karena kontak langsung dengan air atau tanah yang tercemar, dan banyak korban tidak menggunakan pelindung diri saat bekerja atau beraktivitas di lingkungan berisiko. Ia menjelaskan bahwa gejala awal leptospirosis sering kali mirip dengan penyakit umum seperti demam dan pegal-pegal, sehingga banyak pasien datang ke puskesmas saat kondisi sudah parah.

Situasi ini mendorong Pemkot Yogyakarta untuk bertindak cepat. Surat edaran tentang kewaspadaan leptospirosis telah dikeluarkan, yang ditujukan ke seluruh kelurahan dan fasilitas kesehatan. Penyemprotan disinfektan di wilayah-wilayah yang dilaporkan menjadi sumber penyebaran juga mulai dilakukan, diikuti peningkatan edukasi masyarakat tentang pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Warga diminta untuk mengenakan sarung tangan dan sepatu bot saat bekerja di lingkungan yang basah, serta tidak membiarkan genangan air terbuka.

Read More  Karhutla Kembali Mengancam, Ganggu Kesehatan, Kerugian Ekonomi Ditaksir Triliunan

Selain itu, pihak puskesmas diperintahkan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala awal leptospirosis, serta mempercepat pengambilan sampel darah untuk diagnosis laboratorium. Dinas Kesehatan juga menggandeng organisasi masyarakat untuk menyebarkan informasi tentang bahaya penyakit ini melalui posyandu, karang taruna, dan forum RT.

Kondisi serupa juga terjadi di wilayah sekitar Yogyakarta. Kabupaten Bantul, misalnya, melaporkan lebih dari 160 kasus leptospirosis hingga pertengahan tahun ini—dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Kulon Progo pun mengalami lonjakan serupa, dengan delapan kasus dan dua kematian dilaporkan dalam waktu singkat.

Pakar kesehatan lingkungan mengingatkan bahwa musim hujan yang disertai buruknya sistem sanitasi menjadi faktor utama berkembangnya bakteri penyebab leptospirosis. Genangan air, saluran pembuangan tersumbat, dan penumpukan sampah menjadi tempat ideal bagi tikus dan penyebaran bakteri.

Langkah pencegahan yang efektif harus dimulai dari tingkat rumah tangga. Membersihkan lingkungan sekitar rumah, menutup lubang saluran air, menyimpan makanan dan sampah dengan aman, serta tidak menginjak air banjir atau genangan tanpa pelindung adalah kebiasaan kecil yang dapat mencegah paparan bakteri. Masyarakat juga diimbau untuk tidak mengabaikan gejala seperti demam tinggi, nyeri otot, dan sakit kepala, serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Leptospirosis bukan penyakit baru. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa jika tidak ditangani secara sistematis dan melibatkan semua pihak, penyakit ini bisa terus merenggut nyawa, terutama dari kelompok yang paling rentan. Pemerintah Kota Yogyakarta berharap dengan upaya bersama dan peningkatan kesadaran, penyebaran penyakit ini bisa ditekan sebelum memasuki puncak musim hujan yang diprediksi terjadi akhir tahun.

Back to top button