Wells Fargo Ungkap Banyak Milenial Ingin Terlihat Kaya, Apakah Ini Mengkhawatirkan?
Survei Wells Fargo mengungkap mayoritas milenial ingin terlihat kaya di mata orang lain, meski harus berutang demi mempertahankan gaya hidup mewah.
Fenomena milenial yang ingin tampil kaya kembali mencuri perhatian setelah hasil survei terbaru Wells Fargo menunjukkan bahwa 59 persen milenial affluent menganggap penting terlihat sukses secara finansial. Banyak di antara mereka rela berutang untuk membeli barang mewah demi mempertahankan citra tersebut.
Data itu menunjukkan tekanan sosial dan budaya media digital semakin kuat membentuk persepsi âkesuksesanâ. Media sosial mendorong banyak orang untuk menampilkan versi terbaik dari hidupnya, sehingga status dan penampilan sering dijadikan ukuran keberhasilan. Tak heran jika sebagian milenial akhirnya terjebak pada gaya hidup konsumtif yang tak sejalan dengan kondisi keuangan mereka.
Menurut laporan CNBC, sekitar 41 persen responden mengaku memakai kartu kredit atau pinjaman untuk mendanai gaya hidup mereka. Bahkan, 29 persen di antaranya membeli barang yang sebenarnya tidak mampu mereka bayar hanya agar terlihat makmur. Kondisi ini tentu memunculkan kekhawatiran, karena semakin banyak generasi muda yang mengorbankan stabilitas finansial demi pencitraan sosial.
Pakar keuangan Prita Ghozie menilai fenomena ini berbahaya jika tidak segera dikendalikan.
âIngin terlihat sukses itu manusiawi, tapi kalau sampai menipu diri sendiri secara finansial, dampaknya bisa panjang. Banyak milenial yang akhirnya terjebak utang konsumtif dan sulit menabung,â ujar Prita.
Ia menekankan pentingnya mengubah mindset dari sekadar showing off menjadi growing wealth. Menurutnya, membangun kekayaan sejati harus dimulai dengan hidup sesuai kemampuan, membuat rencana keuangan jangka panjang, dan disiplin menabung atau berinvestasi.
âKaya itu bukan tentang apa yang kamu pakai, tapi seberapa lama kamu bisa bertahan tanpa penghasilan,â tambahnya.
Survei Wells Fargo ini menjadi pengingat bahwa terlihat kaya bukanlah tujuan utama, melainkan bagaimana seseorang membangun kestabilan finansial jangka panjang. Menata keuangan dengan benar dan berinvestasi sejak dini jauh lebih berarti daripada sekadar mengejar pengakuan sosial yang semu.





