TikTok Hentikan Live Streaming Saat Demo, Keluhan Membanjir, Tunjukkan Besarnya Ketergantungan pada Media Sosial

Media sosial kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dari mencari berita terkini, berjualan produk rumahan, hingga membangun komunitas digital, semua aktivitas ini bergantung pada platform seperti Instagram, TikTok, dan X. Tak heran, ketika TikTok mengumumkan penghentian sementara fitur live streaming menyusul gelombang demo besar di Jakarta, banyak pengguna langsung merasa kehilangan ruang ekspresi dan interaksi.

Ketergantungan ini terlihat jelas dalam berbagai aktivitas harian. Informasi publik, yang dahulu mengalir dari televisi atau surat kabar, kini lebih cepat diakses lewat ponsel pintar. Beragam kebutuhan, mulai dari belanja bulanan, kursus daring, hingga layanan konsultasi kesehatan, juga banyak yang mengandalkan media sosial sebagai pintu masuk.

Analis digital mencatat bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan rata-rata 3,5 jam per hari untuk mengakses media sosial, angka yang terus naik dari tahun ke tahun. Dengan populasi pengguna aktif mencapai lebih dari 150 juta orang, platform-platform ini bukan hanya menjadi tempat interaksi, tetapi juga pusat ekonomi baru yang menghidupi jutaan pelaku UMKM.

Namun, ketergantungan ini juga menghadirkan tantangan. Keputusan TikTok menonaktifkan fitur live pasca demonstrasi menunjukkan betapa rentannya akses masyarakat terhadap kebijakan platform. Banyak penjual online yang kehilangan penghasilan harian karena tidak bisa melakukan promosi secara langsung, sementara komunitas kreator konten terpaksa mencari cara lain untuk tetap menjangkau audiens mereka.

Pakar komunikasi digital menilai bahwa fenomena ini menjadi pengingat penting untuk mengelola ketergantungan masyarakat terhadap media sosial. Pemerintah dan platform diharapkan bisa berkolaborasi menciptakan ekosistem digital yang sehat, aman, dan tidak mudah terguncang oleh kebijakan sepihak.