Pemuda 21 Tahun Punya Kolesterol 270, Gaya Hidup Jadi Sorotan
Seorang pemuda berusia 21 tahun mengejutkan publik setelah mengungkap kadar kolesterolnya mencapai 270 mg/dL, memicu diskusi luas soal gaya hidup anak muda masa kini.

Seorang pemuda bernama Raka (bukan nama sebenarnya), 21 tahun, menjadi sorotan publik setelah curhatannya tentang kadar kolesterol yang mencapai 270 mg/dL viral di media sosial. Dalam unggahannya, Raka mengaku terkejut saat hasil pemeriksaan darah menunjukkan angka yang tergolong sangat tinggi, bahkan untuk orang berusia lanjut.
“Guys, aku sempat cek kolesterol dan ternyata tinggi banget sampai 270, padahal umurku baru 21 tahun. Sakitnya nggak karuan juga,” tulisnya dalam unggahan yang ramai dibagikan ulang oleh warganet.
Raka adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Ia mengaku tidak memiliki riwayat penyakit serius, namun mengakui bahwa gaya hidupnya selama ini kurang sehat. Pola makan tinggi lemak, sering begadang, minim olahraga, dan kebiasaan ngemil makanan olahan menjadi bagian dari rutinitas hariannya.
Menurut dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K), FIHA, FAsCC, seorang ahli jantung dari Yayasan Jantung Indonesia, kasus seperti ini semakin sering ditemukan di kalangan anak muda. Ia menjelaskan bahwa kolesterol tinggi di usia muda bisa disebabkan oleh kombinasi faktor internal seperti gangguan metabolisme lemak, dan eksternal seperti pola makan tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok.
“Banyak anak muda merasa sehat karena masih muda, padahal kolesterol tinggi bisa diam-diam merusak pembuluh darah sejak dini,” ujar dr. Ario dalam peringatan Hari Jantung Sedunia 2024.
Senada dengan itu, Prof. Dr. dr. Budhi Setianto, SpJP(K), menambahkan bahwa jika kadar kolesterol sangat tinggi, pasien muda bahkan bisa memerlukan terapi lanjutan seperti suntikan penurun kolesterol. Ia menekankan pentingnya pencegahan melalui prinsip Panca Usaha SEHAT, yakni menjaga pola makan seimbang, berhenti merokok, mengelola stres, memantau tekanan darah dan kadar lemak, serta rutin berolahraga.
Raka kini mulai mengubah gaya hidupnya. Ia mengurangi konsumsi makanan cepat saji, mulai rutin berjalan kaki setiap pagi, dan menjadwalkan pemeriksaan kesehatan secara berkala. “Aku nggak mau nunggu sampai sakit parah. Sekarang aku lebih sadar pentingnya jaga pola hidup,” tulisnya dalam unggahan lanjutan.
Kasus Raka menjadi pengingat bahwa kolesterol tinggi bukan lagi penyakit orang tua. Di era serba instan ini, generasi muda pun rentan jika tidak menjaga keseimbangan antara aktivitas, pola makan, dan istirahat. Pemeriksaan kesehatan rutin dan edukasi sejak dini menjadi kunci untuk mencegah risiko penyakit jantung dan komplikasi lainnya.