Varian Covid-19 Nimbus Picu Lonjakan Kasus di Thailand, Indonesia Diminta Waspada
Varian Covid-19 Nimbus mulai menyebar luas di Asia, menyebabkan lonjakan kasus di Thailand dan meningkatkan kewaspadaan di Indonesia.

Lonjakan kasus Covid-19 kembali terjadi di Thailand, dengan total kasus mencapai 420.937 sejak awal tahun 2025, termasuk 112 kematian akibat infeksi terbaru. Salah satu faktor utama yang memicu peningkatan ini adalah munculnya varian baru NB.1.8.1, yang dikenal sebagai Nimbus.
Varian Nimbus pertama kali terdeteksi pada Januari 2025 dan telah menyebar ke 22 negara, termasuk India, Thailand, dan China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Nimbus sebagai variant under monitoring (VUM) karena menunjukkan peningkatan penyebaran yang signifikan. Pada April 2025, varian ini telah mencakup lebih dari 10 persen sekuens global, naik tajam dari 2,5 persen sebulan sebelumnya.
Hingga Mei 2025, varian Nimbus belum terdeteksi di Indonesia. Subvarian yang saat ini bersirkulasi di Tanah Air adalah MB.1.1 dan KP.2.18, yang memiliki karakteristik serupa dengan JN.1. Meski demikian, para ahli mengingatkan agar masyarakat tetap waspada, mengingat perubahan cuaca dan penurunan kedisiplinan protokol kesehatan bisa menjadi faktor pendorong lonjakan kasus.
Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Indonesia perlu meningkatkan tes dan surveilans genomik untuk mendeteksi potensi masuknya varian baru. Munculnya varian Nimbus di musim panas menunjukkan bahwa Covid-19 bisa menyebar sepanjang tahun, sehingga peningkatan kewaspadaan melalui surveilans yang lebih aktif menjadi sangat penting.
Gejala yang ditimbulkan oleh varian Nimbus mirip dengan Covid-19 lainnya, tetapi beberapa laporan menunjukkan pola yang lebih dominan. Dr. Lara Herrero, ahli virologi dari Universitas Griffith, menjelaskan bahwa Nimbus memiliki afinitas pengikatan tertinggi terhadap reseptor ACE2 manusia, membuatnya lebih mudah menginfeksi sel dibandingkan varian sebelumnya. ACE2, atau Angiotensin-Converting Enzyme 2, adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel manusia, terutama di paru-paru, jantung, dan ginjal. Virus Covid-19 menggunakan ACE2 sebagai pintu masuk untuk menempel dan menginfeksi sel, sehingga varian dengan peningkatan afinitas terhadap reseptor ini berpotensi lebih menular.
Gejala yang umum dilaporkan meliputi sakit tenggorokan parah, yang sering digambarkan seperti tertusuk pecahan kaca, kelelahan berlebihan dan nyeri otot, batuk ringan, demam, serta hidung tersumbat. Beberapa kasus juga mengalami mual dan diare. Meski lebih menular, WHO menilai bahwa vaksin yang ada saat ini tetap efektif dalam mencegah gejala berat maupun kematian akibat infeksi Nimbus.
Para ahli menyarankan beberapa langkah untuk mengantisipasi penyebaran varian Nimbus di Indonesia. Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo, ahli imunologi dari Universitas Airlangga, menekankan pentingnya memperbarui vaksin Covid-19 agar lebih efektif terhadap varian baru. Seperti flu musiman, vaksin yang diperbarui akan memberikan perlindungan yang lebih optimal. Masyarakat juga diimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, termasuk memakai masker di tempat ramai, menjaga kebersihan tangan, serta menghindari kontak dekat dengan orang yang menunjukkan gejala Covid-19.
Varian Nimbus telah menyebabkan lonjakan kasus di Thailand dan mulai menyebar ke berbagai negara. Meski belum terdeteksi di Indonesia, kewaspadaan tetap diperlukan. Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan surveilans, memperbarui vaksinasi, serta tetap menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah potensi gelombang baru pandemi